SehatHerbal hadir untuk memberikan informasi manfaat tanaman obat/ Herbal khususnya Herbal Indonesia untuk kesehatan. Selain memberikan informasi herbal, SehatHerbal juga menyediakan berbagai macam herbal yang sudah dalam bentuk ektrak dan dikemas dalam bentuk kapsul sehingga memudahkan untuk mengkonsumsinya. Bagi yang berminat untuk memanfaatkan herbal dan konsultasi pengobatan herbal bisa contact : sehat.herbal2024@gmail.com atau 082210544594
Wednesday, October 31, 2007
Ekstrak Meniran Percepat Penyembuhan Pasien Tb
24 Maret 2005 10:01:33
Tanaman tradisional meniran (Phyllanthus nururi) ternyata bisa dipakai mengobati penyakit tuberkulosis (Tb), bahkan bisa dikembangkan menjadi pengobatan terkini dalam pemberantasan Tb.
Khasiat meniran tersebut sudah diuji lewat sebuah studi yang dilakukan dr Zulkifli Amin. Penelitian itu pula yang membawanya meraih gelar doktor dalam ilmu penyakit dalam di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, beberapa waktu lalu.
Dalam disertasinya berjudul Peran Penambahan Imunomodulator Ekstrak Phyllanthus pada OAT (obat anti-tuberkulosis) Standar Terhadap Konversi BTA (basil tahan asam) Tuberkulosis Paru Pasca Primer, Zulkifli mengatakan, penambahan ekstrak meniran pada obat anti-Tb untuk pasien tuberkulosis paru pascaprimer dapat mendorong terjadinya perubahan pada BTA tiga kali lebih besar.
''Campuran obat anti-Tb dan ekstrak meniran itu aman dikonsumsi,'' kata Zulkifli di hadapan tim penguji yang dipimpin Prof dr Agus Firmansyah, Guru Besar Tetap Ilmu Kesehatan Anak dengan tujuh anggota lainnya.
Didampingi promotornya, Prof dr A Dinajani Mahdi dan ko-promotor Prof dr RHH Nelwan serta dr Armen Muchtar SpFK, Zulkifli mengatakan, ekstrak meniran --atau di Sumatra disebut tanaman si dukung anak-- selama ini dikenal sebagai obat infeksi virus hepatitis B dan woodchuck hepatitis virus.
''Ekstrak meniran ini bersifat imunostimulan. Berdasarkan penelitian pemberian ekstrak ini secara oral dapat mempengaruhi fungsi dan aktivitas komponen sistem imun, di antaranya dalam produksi IFN-y (Interferon-gamma) dan TNF alpha (Tumor necrosis factor-alfa),'' jelas konsultan paru di RSUPN Cipto Mangunkusumo ini.
Peran sitokin (zat kimia yang dapat membunuh sel) IFN-y dan TNF-alpha, lanjutnya, telah dibuktikan para peneliti berefek langsung terhadap penyembuhan pasien Tb paru. Para dokter pun tahu bahwa IFN-y dan TNF-alpha bermanifestasi terhadap konversi BTA di dalam sputum (dahak).
Zulkifli menjelaskan, obat-obat anti-Tb saja tidak dapat mengeradikasi kuman mikrobakterium tanpa bantuan sistem imun yang efektif. Infeksi Tb pun memperlihatkan perjalanan penyakit, gejala klinik dan dampak yang berbeda-beda pada masing-masing penderita.
''Keadaan ini dikarenakan adanya perbedaan respons imun pejamu (host) dan perbedaan virulensi kuman. Mekanisme virulensi kuman bisa tetap bertahan di dalam tubuh meskipun diobati karena basil bakteri Tb mampu mempertahankan diri terhadap mekanisme respons imun.''
lebih lanjut, Ketua Divisi Pulmonologi Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI/RSUPN Cipto Mangunkusumo ini memaparkan, dari tahun ke tahun para dokter telah mencoba memberikan obat terkini sebagai imunomodulator untuk membunuh basil Tb agar hasilnya maksimal. Banyak pula dikembangkan imunomodulator dari bahan alami atau tumbuh-tumbuhan.
''Tujuan pemberian imunomodulator untuk meningkatkan fungsi dan aktivitas komponen sistem imun penderita terutama ke arah penyembuhan. Jadi sebaiknya untuk hasil maksimal pengobatan Tb diberikan dalam dua aspek.''
Pertama, lanjutnya, aspek kemoterapi dengan obat-obat standar yang biasa digunakan. Sedangkan aspek imunoterapi menggunakan obat-obatan imunostimulan untuk mencapai efektivitas pengobatan yang optimal. Penelitian dilakukan sejak 2001-2004 terhadap pasien-pasien Tb berusia 15-55 tahun dan belum pernah berobat sama sekali.
Dari hasil penelitian Zulkifli, para pasien Tb paru diberi kapsul meniran dan obat anti-Tb secara bersamaan. Dalam waktu dua bulan pemberian obat kombinasi ini mampu memperbaiki respons imun seluler, juga adanya perbaikan konversi BTA dan indikator lainnya pada penderita Tb paru.
Sedangkan efek samping dari EPN dibandingkan OAT tidak berbeda secara signifikan. ''Dengan kata lain pemberian EPN dikombinasikan dengan OAT standar cukup aman. Dan pengobatan ini dalam jangka panjang bisa mencegah kekambuhan.''
Sumber : Media Indonesia
SehatHerbal menyediakan ektrak herbal Meniran dgn harga Rp.67.500/50 kapsul. Pemesanan dan info lebih lanjut : sehatherbal@yahoo.co.id atau 081310343598
Tuesday, October 23, 2007
SEKILAS BUAH MERAH
Buah Merah yang sudah dikenal ampuh mengatasi berbagai penyakit ini ternyata mempunyai mitosnya sendiri. Menurut kepercayaan penduduk Suku Dhani di Memberamo, Papua, ribuan tahun yang lalu, nenek moyang mereka turun dari Gunung Pugima ke daerah Wesakpog untuk berkumpul. Gunung Pugima, menurut mereka adalah gunung Jayawijaya yang merupakan gunung tertinggi di Indonesia dan Wesakpog adalah sebuah daerah di Lembah Baliem.
Setelah berkumpul di Wesakpog, nenek moyang orang Papua ini kemudian melanjutkan perjalanan tanpa membawa bekal dan peralatan sama sekali. Mereka kemudian menyebar ke seluruh penjuru mata angin.
Dalam perjalanan, sebagian dari mereka ada yang berhenti untuk beristirahat dan membuat api. Menurut cerita masyarakat Suku Dhani, di tempat mereka beristirahat tersebut, Sang Pencipta menurunkan peralatan berupa busur, anak panah, kapak batu, batu api, bermacam-macam tumbuhan, serta binatang piaraan. Tumbuhan yang dimaksud di antaranya ubi dan buah merah. Setelah mematikkan batu api, mereka membakar ubi dan buah merah. Sisa buah merah tersebut kemudian diberikan kepada binatang piaraannya. Di tempat beristirahat dan membuat api itulah mereka kemudian membuat perkampungan dan berkembang menjadi berbagai macam suku seperti sekarang ini.
Sementara itu, sebagian nenek moyang orang Papua terus berjalan melanjutkan perjalanan darat dan sebagian lagi menyeberangi lautan menggunakan rakit. Diduga kuat, mereka yang menyeberangi lautan ini sampai di Benua Australia dan menjadi cikal-bakal Suku Aborigin.
Hingga sekarang, buah merah tetap menjadi makanan sebagian penduduk Pulau Papua, terutama yang bermukim di daerah Pegunungan Jayawijaya. Oleh penduduk, buah merah ini dijadikan campuran makanan sehari-hari. Mereka memeras buah merah setelah membakarnya dengan batu. Sari buah merah hasil perasan ini mereka konsumsi bersama ubi, sayuran, dan bahan makanan lain. Sementara itu, ampas atau pastanya diberikan kepada babi hutan piaraan mereka.
Dalam upacara bakar batu, buah merah pun menjadi elemen pokok. Upacara bakar batu biasanya dilakukan untuk mengumpulkan masyarakat, terutama dalam satu suku, ketika ada suatu acara, seperti pernikahan, hari natal, idul fitri, tahun baru, perayaan panen, menyembah leluhur, kematian, atau untuk mempererat hubungan ikatan keluarga. Hidangan hasil upacara bakar batu tidak lengkap dan kurang nikmat jika tidak menggunakan buah yang masih satu famili dengan tanaman pandan ini.
Deskripsi Tanaman Buah Merah
Tanaman buah merah adalah tanaman yang masih satu famili dengan tanaman pandan. Pandanus conoideus ini di habitat aslinya (Pulau Papua) tumbuh dari dataran rendah dekat pantai sampai dataran tinggi. Bahkan, di lereng pegunungan Jayawijaya diketinggian 2.500 m dpl. tanaman ini bisa ditemukan. Tanaman berkayu ini tumbuh bercabang sampai mempunyai 5 cabang. Daunnya berbentuk pita yang pinggirnya berduri-duri kecil. Tinggi tanaman bisa mencapai 15 meter. Akarnya berbentuk akar udara yang menggantung sampai ketinggian satu meter dari pangkal batang. Tanaman ini berbuah saat berumur tiga tahun sejak ditanam.
Buah merah umumnya berbentuk panjang lonjong atau agak persegi. Panjang buah 30-120 cm. Diameter buah 10-25 cm. Buah ini umumnya berwarna merah, merah kecokelatan, dan ada pula yang berwarna kuning. Kulit buah bagian luar menyerupai buah nangka. Di Papua, beberapa daerah yang menjadi sentra buah merah adalah daerah-daerah yang berada di sepanjang lereng pegunungan Jayawijaya. Di antaranya Kelila, Bokondini, Karubaga, Kobakma, Kenyam, dan Pasema.
Buah Merah dan Peluang Usaha Masyarakat
Saat panen raya buah merah, masyarakat Papua biasanya memasak buah merah seperti halnya masyarakat di Pulau Jawa membuat minyak kelapa. Minyak sari buah merah tersebut kemudian disimpan di dalam bumbung bambu dan bisa bertahan selama satu tahun. Cadangan minyak tersebut digunakan untuk memasak makanan, seperti halnya minyak goreng. Minyak buah merah ini digunakan untuk pengganti minyak goreng yang harganya di daerah pedalaman relatif mahal.
Sampai sekarang sari buah merah tetap digunakan oleh masyarakat Papua. Sebagian besar penduduk yang mengonsumsi buah merah, baik berupa pasta dalam makanan sehari-hari maupun minyaknya, jarang terkena penyakit, tubuhnya kuat, dan staminanya prima. Kenyataan ini banyak mengundang pertanyaan masyarakat pendatang, sehingga tidak sedikit dari mereka yang mulai mencoba memanfaatkan sari buah merah, terutama minyaknya.
Sejak I Made Budi, salah seorang dosen di Universitas Cenderawasih Jayapura, meneliti kandungan buah ini, masyarakat pendatang ramai-ramai mengeksploitasi buah ini dari pedalaman. Hingga saat ini hampir semua elemen masyarakat, dari yang masih berkoteka, aparat pemerintah, hingga kalangan swasta ramai-ramai terjun mengolah buah merah. Karenanya, tidak mengherankan jika buah merah kemudian mendapat julukan emas merah dari belantara Papua. Minyak buah merah hasil olahan mereka kemudian dijual sebagai obat yang banyak membantu menyembuhkan berbagai jenis penyakit, seperti HIV/AIDS, kanker/ tumor, ambeien, diabetes mellitus, asam urat, rematik, jantung koroner, paru-paru, asma, gangguan jantung dan ginjal, tekanan darah tinggi, eksim, dan herpes.
Pro, Kontra, dan Fakta Buah Merah
Sampai saat ini penelitian tentang khasiat dan manfaat sari buah merah untuk pengobatan masih belum selesai. Secara klinis pembuktiannya belum dilakukan. Meskipun demikian, secara empiris tidak sedikit penderita penyakit yang sudah merasakan manfaat buah ini. Beberapa di antaranya ada yang mengonsumsi buah ini dengan mengombinasikan bersama obat dokter, ada yang mencampurnya dengan herbal lain, dan ada pula yang mengonsumsinya secara tunggal.
Fenomena ini kemudian mengundang pro dan kontra dari berbagai kalangan masyarakat. Ada yang langsung percaya dan menggunakannya untuk pengobatan, ada yang melakukan penelitian, dan ada pula yang masih ragu-ragu akan kemampuan komoditas perkebunan ini. Bagaimana pun kontroversi yang berkembang, di lapangan tidak sedikit penderita aneka penyakit yang sembuh dengan sari buah merah dan akhirnya berani memberikan kesaksian akan kemampuan Pandanus conoideus ini kepada masyarakat. (Sumber: Buku Keajaiban Buah Merah Kesaksian Dari Mereka Yang Tersembuhkan, Penulis Bernard T. Wahyu Wiryanta)
SehatHerbal menyediakan Ektrak Buah Merah ( lihat di http://herbmedicine.blogspot.com, search box (kiri atas : buah merah) harga 140.000/ botol.
Pemesanan : sehatherbal@yahoo.co.id atau 081310343598
Setelah berkumpul di Wesakpog, nenek moyang orang Papua ini kemudian melanjutkan perjalanan tanpa membawa bekal dan peralatan sama sekali. Mereka kemudian menyebar ke seluruh penjuru mata angin.
Dalam perjalanan, sebagian dari mereka ada yang berhenti untuk beristirahat dan membuat api. Menurut cerita masyarakat Suku Dhani, di tempat mereka beristirahat tersebut, Sang Pencipta menurunkan peralatan berupa busur, anak panah, kapak batu, batu api, bermacam-macam tumbuhan, serta binatang piaraan. Tumbuhan yang dimaksud di antaranya ubi dan buah merah. Setelah mematikkan batu api, mereka membakar ubi dan buah merah. Sisa buah merah tersebut kemudian diberikan kepada binatang piaraannya. Di tempat beristirahat dan membuat api itulah mereka kemudian membuat perkampungan dan berkembang menjadi berbagai macam suku seperti sekarang ini.
Sementara itu, sebagian nenek moyang orang Papua terus berjalan melanjutkan perjalanan darat dan sebagian lagi menyeberangi lautan menggunakan rakit. Diduga kuat, mereka yang menyeberangi lautan ini sampai di Benua Australia dan menjadi cikal-bakal Suku Aborigin.
Hingga sekarang, buah merah tetap menjadi makanan sebagian penduduk Pulau Papua, terutama yang bermukim di daerah Pegunungan Jayawijaya. Oleh penduduk, buah merah ini dijadikan campuran makanan sehari-hari. Mereka memeras buah merah setelah membakarnya dengan batu. Sari buah merah hasil perasan ini mereka konsumsi bersama ubi, sayuran, dan bahan makanan lain. Sementara itu, ampas atau pastanya diberikan kepada babi hutan piaraan mereka.
Dalam upacara bakar batu, buah merah pun menjadi elemen pokok. Upacara bakar batu biasanya dilakukan untuk mengumpulkan masyarakat, terutama dalam satu suku, ketika ada suatu acara, seperti pernikahan, hari natal, idul fitri, tahun baru, perayaan panen, menyembah leluhur, kematian, atau untuk mempererat hubungan ikatan keluarga. Hidangan hasil upacara bakar batu tidak lengkap dan kurang nikmat jika tidak menggunakan buah yang masih satu famili dengan tanaman pandan ini.
Deskripsi Tanaman Buah Merah
Tanaman buah merah adalah tanaman yang masih satu famili dengan tanaman pandan. Pandanus conoideus ini di habitat aslinya (Pulau Papua) tumbuh dari dataran rendah dekat pantai sampai dataran tinggi. Bahkan, di lereng pegunungan Jayawijaya diketinggian 2.500 m dpl. tanaman ini bisa ditemukan. Tanaman berkayu ini tumbuh bercabang sampai mempunyai 5 cabang. Daunnya berbentuk pita yang pinggirnya berduri-duri kecil. Tinggi tanaman bisa mencapai 15 meter. Akarnya berbentuk akar udara yang menggantung sampai ketinggian satu meter dari pangkal batang. Tanaman ini berbuah saat berumur tiga tahun sejak ditanam.
Buah merah umumnya berbentuk panjang lonjong atau agak persegi. Panjang buah 30-120 cm. Diameter buah 10-25 cm. Buah ini umumnya berwarna merah, merah kecokelatan, dan ada pula yang berwarna kuning. Kulit buah bagian luar menyerupai buah nangka. Di Papua, beberapa daerah yang menjadi sentra buah merah adalah daerah-daerah yang berada di sepanjang lereng pegunungan Jayawijaya. Di antaranya Kelila, Bokondini, Karubaga, Kobakma, Kenyam, dan Pasema.
Buah Merah dan Peluang Usaha Masyarakat
Saat panen raya buah merah, masyarakat Papua biasanya memasak buah merah seperti halnya masyarakat di Pulau Jawa membuat minyak kelapa. Minyak sari buah merah tersebut kemudian disimpan di dalam bumbung bambu dan bisa bertahan selama satu tahun. Cadangan minyak tersebut digunakan untuk memasak makanan, seperti halnya minyak goreng. Minyak buah merah ini digunakan untuk pengganti minyak goreng yang harganya di daerah pedalaman relatif mahal.
Sampai sekarang sari buah merah tetap digunakan oleh masyarakat Papua. Sebagian besar penduduk yang mengonsumsi buah merah, baik berupa pasta dalam makanan sehari-hari maupun minyaknya, jarang terkena penyakit, tubuhnya kuat, dan staminanya prima. Kenyataan ini banyak mengundang pertanyaan masyarakat pendatang, sehingga tidak sedikit dari mereka yang mulai mencoba memanfaatkan sari buah merah, terutama minyaknya.
Sejak I Made Budi, salah seorang dosen di Universitas Cenderawasih Jayapura, meneliti kandungan buah ini, masyarakat pendatang ramai-ramai mengeksploitasi buah ini dari pedalaman. Hingga saat ini hampir semua elemen masyarakat, dari yang masih berkoteka, aparat pemerintah, hingga kalangan swasta ramai-ramai terjun mengolah buah merah. Karenanya, tidak mengherankan jika buah merah kemudian mendapat julukan emas merah dari belantara Papua. Minyak buah merah hasil olahan mereka kemudian dijual sebagai obat yang banyak membantu menyembuhkan berbagai jenis penyakit, seperti HIV/AIDS, kanker/ tumor, ambeien, diabetes mellitus, asam urat, rematik, jantung koroner, paru-paru, asma, gangguan jantung dan ginjal, tekanan darah tinggi, eksim, dan herpes.
Pro, Kontra, dan Fakta Buah Merah
Sampai saat ini penelitian tentang khasiat dan manfaat sari buah merah untuk pengobatan masih belum selesai. Secara klinis pembuktiannya belum dilakukan. Meskipun demikian, secara empiris tidak sedikit penderita penyakit yang sudah merasakan manfaat buah ini. Beberapa di antaranya ada yang mengonsumsi buah ini dengan mengombinasikan bersama obat dokter, ada yang mencampurnya dengan herbal lain, dan ada pula yang mengonsumsinya secara tunggal.
Fenomena ini kemudian mengundang pro dan kontra dari berbagai kalangan masyarakat. Ada yang langsung percaya dan menggunakannya untuk pengobatan, ada yang melakukan penelitian, dan ada pula yang masih ragu-ragu akan kemampuan komoditas perkebunan ini. Bagaimana pun kontroversi yang berkembang, di lapangan tidak sedikit penderita aneka penyakit yang sembuh dengan sari buah merah dan akhirnya berani memberikan kesaksian akan kemampuan Pandanus conoideus ini kepada masyarakat. (Sumber: Buku Keajaiban Buah Merah Kesaksian Dari Mereka Yang Tersembuhkan, Penulis Bernard T. Wahyu Wiryanta)
SehatHerbal menyediakan Ektrak Buah Merah ( lihat di http://herbmedicine.blogspot.com, search box (kiri atas : buah merah) harga 140.000/ botol.
Pemesanan : sehatherbal@yahoo.co.id atau 081310343598
Subscribe to:
Posts (Atom)