REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA--Mendengar kata herbal, apa yang terlintas di benak Anda? Kendati masyarakat telah turun-temurun memanfaatkannya dalam pengobatan, herbal tetap saja lebih inferior ketimbang obat konvensional. Betulkah ia kurang cespleng?
Menjawab pertanyaan tersebut, ahli herbal, Dr dr Amarullah H Siregar FBIHom DIHom DNMed menyodorkan sejumlah argumentasi ilmiah. Belajar naturopati di Inggris dan Amerika, ia mendapati banyak sekali daun, akar, ataupun benalu tumbuhan yang berkhasiat obat. "Di lain sisi, seperti yang diumumkan WHO pada awal 2006 lalu, 1035 obat yang telah disetujui Badan Pengawasan Obat dan Makanan (FDA) Amerika Serikat sepanjang tahun 1989 sampai 2000, tiga perempatnya ternyata tak memiliki makna mengobati."
Di Indonesia, obat dari bahan alami mayoritas masih masuk dalam kelas jamu dan obat herbal terstandar. Baru lima saja yang telah berada di golongan fitofarmaka terbukti memiliki khasiat serupa obat konvensional. "Padahal, hampir semua obat bisa disubstitusi dengan bahan alami," komentar dokter yang mendalami naturopati ini.
Sebut saja, antibiotik. Sesuai namanya, antibiotik berarti antibiota. "Saat dikonsumsi, bakteri baik yang hidup di saluran pencernaan juga ikut terbunuh," ungkap Amarullah dalam Media Discussion Sehat dengan Herbal yang digelar Deltomed, Rabu (19/5) lalu, di Jakarta.
Ini berarti penggunaan antibiotik malah memunculkan masalah kesehatan yang baru. Orang yang mendapatkan antibiotik jangka panjang otomatis membutuhkan suplemen yang dapat menyuburkan kembali populasi bakteri sahabat saluran cerna. "Kalau ditunggu, ia baru bisa mencapai jumlah yang cukup setelah 48 sampai 54 hari kemudian," kata Amarullah yang juga konsultan homeopathic medicine.
Lalu, sekarang, mari simak bagaimana meniran menjalankan perannya sebagai antibiotik alami. Amarullah menuturkan, meniran pintar mengenali sumber masalah. "Hanya bakteri jahat saja yang ditumpasnya."
Namun, sebetulnya, bukan bahan aktif meniran yang berperang secara langsung. Meniran justru mendorong tubuh untuk bisa menyembuhkan diri sendiri. "Meniran mengaktifkan produksi kelenjar timus di paru-paru dan meningkatkan pasokan sel limfosit T yang berkaitan dengan ketangguhan imunitas hingga mampu mematikan bakteri jahat di tubuh," urai dokter naturopati jebolan Clayton College of Natural Health, Birmingham, Amerika Serikat.
Begitu keluhan hilang, konsumsi meniran bisa dihentikan. Tidak seperti antibiotik konvensional yang memang harus diminum sampai habis sesuai jumlah dan dosis yang diresepkan. "Obat herbal andaikan tak dibutuhkan tubuh akan langsung keluar melalui urine, tidak akan menumpuk di dalam tubuh," urai dokter yang memiliki klinik di Ragunan, Jakarta Selatan, ini.
Lebih lanjut, Amarullah mengajak masyarakat agar mengubah paradigmanya. Berobat bukan cuma menghilangkan gejala yang dikeluhkan. "Carilah kesembuhan dengan melacak akar penyakitnya." Amarullah mencontohkan kasus darah tinggi. Tak bijak jika penyakit ini cuma diredakan atau distabilkan dengan obat. "Akar penyakitnya ada di ginjal dan organ itulah yang mesti dikembalikan vitalitasnya."
Persoalannya, spesialis jantung dan kardiovaskular bukan dokter ginjal. Pasien harus ke dokter lain untuk mendapatkan pengobatan. "Sementara itu, dalam naturopati, ilmu kedokteran ini memperlakukan tubuh manusia sebagai satu kesatuan hingga tidak luput merevitalisasi ginjal pasien darah tinggi," kata Amarullah yang dipercaya menyusun kurikulum mata kuliah naturopati di Indonesia.
Obat herbal, lanjut Amarullah, tersedia juga untuk kondisi akut. Contohnya, obat batuk, pilek, serta radang tenggorokan pada anak. "Sudah tersedia dalam bentuk sirup dengan isi ekstrak jahe, cengkeh, lengkuas, kapulaga, dan kunyit yang berefek antiradang lalu dipermanis dengan madu atau gula aren."
Seiring dengan meredanya batuk, pilek, serta radang tenggorokan, Amarullah mengimbau agar sistem imunitas diperkuat. Untuk itu, antibodi harus digenjot. "Bisa dengan mengonsumsi meniran." Untuk pencegahan serangan batuk pilek berulang, Amarullah memberikan tips sederhana.
Minum saja bandrek. "Bisa juga dengan mencampur setengah serbuk bandrek dengan jahe plus lengkuas ketika terasa suara mulai parau dan bindeng."
Red: irf
Rep: Reiny Dwinanda
SehatHerbal hadir untuk memberikan informasi manfaat tanaman obat/ Herbal khususnya Herbal Indonesia untuk kesehatan. Selain memberikan informasi herbal, SehatHerbal juga menyediakan berbagai macam herbal yang sudah dalam bentuk ektrak dan dikemas dalam bentuk kapsul sehingga memudahkan untuk mengkonsumsinya. Bagi yang berminat untuk memanfaatkan herbal dan konsultasi pengobatan herbal bisa contact : sehat.herbal2024@gmail.com atau 082210544594
Tuesday, May 25, 2010
Sunday, May 23, 2010
Hidup Selaras dengan Gaya Hidup Herbal
Kompas, Sabtu, 3 April 2010 | 11:42 WIB
Pengobatan dengan herbal menjadi alternatif bagi pasien yang ingin mencari kesembuhan. Ada yang lebih menyukai pendekatan alami agar tubuhnya seminimal mungkin terpapar zat kimia atau demi menghindari efek samping pemakaian obat kimia hingga alasan harga obat herbal yang relatif terjangkau.
"Herbal memang bisa mengobati, tetapi harus disadari karena cara kerjanya tidak instan seperti obat kimia, maka hanya dijadikan alternatif. Untuk penyakit jenis tertentu, seperti penyakit dalam, obat herbal dirasakan lebih cocok bagi sebagian pasien," kata Joko Kristianto BSc of Med, Kamis (1/4).
Joko, pemilik Toko Obat "Ketandan" di Solo, menempuh pendidikan strata 1 selama 5 tahun di Fakultas Kedokteran, Fujian Traditional China Medicine di Fuchou, China, yang khusus mempelajari pengobatan tradisional China.
Pengobatan herbal yang juga banyak dimanfaatkan adalah yang dikembangkan di India yang dikenal dengan Ayurveda atau bahkan dari Amerika Serikat (AS). "Mereka yang memanfaatkan obat herbal kami karena ingin menghindari obat kimia atau sudah berobat medis tetapi belum sembuh juga," kata Vina dari Ratu Veda yang memasarkan obat herbal dari India dan AS.
Sekretaris Perhimpunan Dokter Herbal Medik Indonesia (PDHMI) Jawa Tengah dr Lily Kresnowati, Jumat (2/4), mengatakan, selain dapat memperbaiki kualitas hidup, obat-obatan herbal juga mampu mempercepat penyembuhan pada penyakit tertentu.
"Biasanya, obat-obatan herbal ini diberikan dokter untuk mendampingi obat kimia. Di samping mengurangi rasa perih, obat herbal juga dapat memulihkan kondisi tubuh," kata Lily.
Pengalaman
Penggunaan obat herbal terhadap penyakit telah dibuktikan Ketua PDHMI Pusat dr Hardhi Pranata untuk mempercepat penyembuhan penyakit stroke. Penderita stroke dapat lebih cepat pulih karena obat herbal yang digunakan memiliki khasiat antiperadangan, seperti sambiloto dan pegegan, sehingga dapat mengendalikan faktor risiko yang memicu timbulnya penyakit stroke.
Salah satu konsumen obat herbal, Dwi Mahdayanti (21), menderita kanker payudara sejak awal 2009 dan beralih ke obat-obatan herbal sejak empat bulan terakhir setelah hampir putus asa mencoba obat-obatan kimiawi. "Sebenarnya saya pernah diminta dokter untuk operasi agar bisa sembuh, tetapi saya takut," kata Dwi yang masih kuliah di salah satu perguruan tinggi di Kota Semarang.
Kini, Dwi mengakui, kanker yang dideritanya sudah memasuki tahap penyembuhan. Agar dapat sembuh, Dwi menjalani pengobatan herbal tiga kali sehari yang terdiri atas kapsul, ramuan bahan, kompres, dan salep.
Fatah, pengunjung Toko "Ketandan" mengatakan, ia membeli obat untuk ayahnya yang menderita diabetes. Setahun terakhir, ayahnya beralih ke obat herbal buatan pabrikan China karena biayanya lebih murah. "Sekali ke dokter habis Rp 700.000-Rp 1 juta. Kalau pakai obat herbal tidak semahal itu dan kata ayah terasa khasiatnya," katanya. (eki/ilo)
NB: 1. Herbal utk stroke : daun dewa, pegagan dan sambung nyawa
2. Herbal utk diabetes : keladi tikus dan sambiloto
3. Pemesanan herbal 081310343598 atau 021-96120932, herbal sdh registrasi BPOM.
Kompas, Sabtu, 3 April 2010 | 11:42 WIB
Pengobatan dengan herbal menjadi alternatif bagi pasien yang ingin mencari kesembuhan. Ada yang lebih menyukai pendekatan alami agar tubuhnya seminimal mungkin terpapar zat kimia atau demi menghindari efek samping pemakaian obat kimia hingga alasan harga obat herbal yang relatif terjangkau.
"Herbal memang bisa mengobati, tetapi harus disadari karena cara kerjanya tidak instan seperti obat kimia, maka hanya dijadikan alternatif. Untuk penyakit jenis tertentu, seperti penyakit dalam, obat herbal dirasakan lebih cocok bagi sebagian pasien," kata Joko Kristianto BSc of Med, Kamis (1/4).
Joko, pemilik Toko Obat "Ketandan" di Solo, menempuh pendidikan strata 1 selama 5 tahun di Fakultas Kedokteran, Fujian Traditional China Medicine di Fuchou, China, yang khusus mempelajari pengobatan tradisional China.
Pengobatan herbal yang juga banyak dimanfaatkan adalah yang dikembangkan di India yang dikenal dengan Ayurveda atau bahkan dari Amerika Serikat (AS). "Mereka yang memanfaatkan obat herbal kami karena ingin menghindari obat kimia atau sudah berobat medis tetapi belum sembuh juga," kata Vina dari Ratu Veda yang memasarkan obat herbal dari India dan AS.
Sekretaris Perhimpunan Dokter Herbal Medik Indonesia (PDHMI) Jawa Tengah dr Lily Kresnowati, Jumat (2/4), mengatakan, selain dapat memperbaiki kualitas hidup, obat-obatan herbal juga mampu mempercepat penyembuhan pada penyakit tertentu.
"Biasanya, obat-obatan herbal ini diberikan dokter untuk mendampingi obat kimia. Di samping mengurangi rasa perih, obat herbal juga dapat memulihkan kondisi tubuh," kata Lily.
Pengalaman
Penggunaan obat herbal terhadap penyakit telah dibuktikan Ketua PDHMI Pusat dr Hardhi Pranata untuk mempercepat penyembuhan penyakit stroke. Penderita stroke dapat lebih cepat pulih karena obat herbal yang digunakan memiliki khasiat antiperadangan, seperti sambiloto dan pegegan, sehingga dapat mengendalikan faktor risiko yang memicu timbulnya penyakit stroke.
Salah satu konsumen obat herbal, Dwi Mahdayanti (21), menderita kanker payudara sejak awal 2009 dan beralih ke obat-obatan herbal sejak empat bulan terakhir setelah hampir putus asa mencoba obat-obatan kimiawi. "Sebenarnya saya pernah diminta dokter untuk operasi agar bisa sembuh, tetapi saya takut," kata Dwi yang masih kuliah di salah satu perguruan tinggi di Kota Semarang.
Kini, Dwi mengakui, kanker yang dideritanya sudah memasuki tahap penyembuhan. Agar dapat sembuh, Dwi menjalani pengobatan herbal tiga kali sehari yang terdiri atas kapsul, ramuan bahan, kompres, dan salep.
Fatah, pengunjung Toko "Ketandan" mengatakan, ia membeli obat untuk ayahnya yang menderita diabetes. Setahun terakhir, ayahnya beralih ke obat herbal buatan pabrikan China karena biayanya lebih murah. "Sekali ke dokter habis Rp 700.000-Rp 1 juta. Kalau pakai obat herbal tidak semahal itu dan kata ayah terasa khasiatnya," katanya. (eki/ilo)
NB: 1. Herbal utk stroke : daun dewa, pegagan dan sambung nyawa
2. Herbal utk diabetes : keladi tikus dan sambiloto
3. Pemesanan herbal 081310343598 atau 021-96120932, herbal sdh registrasi BPOM.
Tuesday, May 18, 2010
Herbal Pegagan
Pegagan (Centella asiatica, (Linn), Urb.) merupakan tanaman asli India, Jepang, Cina, Indonesia, Afrika Selatan, Sri Lanka, dan Pasifik Selatan. Tanaman ini termasuk anggota keluarga peterseli yang memiliki rasa tawar dan tidak berbau. Umumnya tumbuhan ini tumbuh subur di sekitar air. Ciri lain, daun kecil berwarna hijau berbentuk kipas dengan bunga ungu atau putih.
Kandungan:
Kandungan utama adalah triterpenoid. Indikasi lain, Pegagan mengandung: asiaticoside, thankuniside, isothankuniside, madecassoside, brahmoside, brahminoside, brahmic acid, madasiatic acid, meso-inositol, centellose, carotenoids, garam-garam mineral seperti garam kalium, natrium, magnesium, kalsium, besi, vellarine, dan zat samak.
Khasiat:
Dalam pengobatan, Pegagan dapat menyembuhkan berbagai kondisi serta memiliki beberapa potensi obat. Beberapa contoh dan potensi itu antara lain:
* Insufisiensi vena
Ketika pembuluh darah kehilangan elastisitas mereka, terjadi kebocoran pembuluh darah yang menyebabkan kaki membengkak (insufisiensi vena). Beberapa penelitian kecil menunjukkan pegagan dapat membantumengatasi masalah ini.
Penelitian menunjukkan penderita Insifisiensi vena yang mengkonsumsi Pegagan mengalami peningkatan signifikan dibandingkan dengan mereka yang mengkonsumsi plasebo (istilah untuk obat yang dibuat tanpa bahan kimia yang kadang hanya berisi cairan garam).
Dalam studi lain, pada penderita varises yang mengkonsumsi Pegagan, tes USG menunjukkan perbaikan pada vena (artinya pelebaran vena berkurang).
Selain itu, Pegagan mengandung bahan kimia yang disebut senyawa triterpenoid. Pada hewan dan studi laboratorium, senyawa ini membantu menyembuhkan luka. Sebagai contoh, beberapa studi menunjukkan bahwa senyawa triterpenoid memperkuat kulit, meningkatkan antioksidan dalam luka, dan meningkatkan aliran darah ke daerah tersebut. Berdasarkan temuan ini, Pegagan telah digunakan secara topikal (dioleskan pada kulit) untuk luka bakar ringan, psoriasis, mencegah pembentukan bekas luka setelah operasi.
* Kegelisahan
Dalam uji coba laboratorium, senyawa triterpenoid diduga dapat menurunkan kecemasan dan meningkatkan fungsi mental tikus. Penelitian menemukan bahwa orang yang kurang mengkonsumsi Pegagan mudah terkejut oleh kebisingan baru daripada mereka yang mengkonsumsi Pegagan. Respon terkejut karena kebisingan dapat menjadi indikator kecemasan. Peneliti berteori bahwa pegagan bisa membantu mengurangi gejala kecemasan manusia.
* Insomnia
Pegagan juga bisa menjadi penenang ketika diberikan kepada hewan percobaan. Karena pengaruh itu, diduga Pegagan dapat membantu penderita insomnia mengatasi penyakitnya. Namun penelitian tersebut belum diujikan kepada manusia dan belum diketahui efek samping penggunaannya.
Sumber: UMM dan sumber lain sebagai pembanding.
(adh/adh)
NB: SehatHerbal.Com menyediakan Kapsul Pegagan harga 50rb/45 kpsul. Info pemesanan budiprakoso98@gmail.com atau 081310343598
Subscribe to:
Posts (Atom)