Jumat, 07 Nopember 2003
Penelitian Mahasiswa UGM
Ekstrak Sambiloto (andrographis paniculata) terbukti mampu meningkatkan pertahanan tubuh terhadap infeksi staphylococcus aureus. Itu ditandai dengan meningkatnya neotrofil, limfosit, dan perbaikan jaringan paru-paru, hati, dan ginjal pada mencit (tikus kecil) yang menjadi percobaan. Sambiloto di Indonesia juga dikenal dengan nama sampiroto, sadilata, bidara, takila, daun ki ular, ki oray, ki peurat, atau pada masyarakat Melayu dikenal dengan pepaitan.
Lima mahasiswa Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Gajah Mada (UGM), Yogyakarta yang melakukan penelitian tersebut juga menemukan bahwa infeksi staphylococcus aureusdapat menyebabkan penurunan leokosit diikuti dengan neutropenia. Kelima mahasiswa itu adalah Sidna Artanto, Eko Prasetio, Anwar Bahri, Rini Nur H, dan Nura Maya Sari.
Penelusuran pustaka yang dilakukan sebelumnya menyebutkan, sambiloto merupakan salah satu spesies yang mempunyai khasiat medis> Di antara khasiat tanaman ini adalah sebagai obat anti radang, analgesik, anti bakteri, dan antipiretik. Kandungan androgpholide di dalamnya mampu meningkatkan fungsi sistem pertahanan tubuh seperti produksi sel darah putih yang menyerang bakteri dan benda asing lainnya, mampu memicu produksi interferon yang merupakan protein spesifik (sitokin) yang dibuat oleh sel sebagai respon adanya benda asing termasuk bakteri. Andrographolide selain tidak bersifat toksik pada manusia juga tidak mempunyai efek samping seperti agen kemoterapi konfensional yang lain.
Sambiloto juga dikenal sebagai salah satu tanaman obat tradisional sejak abad 18. Tanaman berdaun kecil dengan tinggi 40-100 cm ini mempunyai daftar panjang dalam menanggulangi berbagai penyakit. Dalam sebuah medical journal, tamanan ini dilaporkan mampu mengatasi penyempitan pembuluh darah akibat tingginya kadar kolesterol darah. Sambiloto dilaporkan pula mempunyai khasiat sebagai anti bakteri, anti radang, penghambat reaksi immunitas, penghilang nyeri, pereda demam, menghilangkan panas dalam, menghilangkan lembab, penawar racun, dan detumescent.
Dalam kaitan itulah, kelima mahasiswa ini melakukan kajian dengan acuan laboratoris mengenai pengaruh ekstrak sambiloto dalam menghambat pertumbuhan bakteri staphylococcus aureus. Infeksi bakteri ini pada manusia dapat menimbulkan berbagai macam manifestasi klinis. Risiko tertinggi bisa terjadi pada kasus neonatal dan pasien dengan terapi steroid atau antibiotik kepanjangan. Ibu yang baru melahirkan bila terserang bakteri ini akan mengalami debilitasi,
Infeksi pada kulit biasanya berbentuk impetigo (wudun), pada paru-paru berbentuk pneumionia, pada jantung berbentuk endokardiris dan jika pada ambing menyebabkan mastitis. Bahkan enteroksin dari staphylococcus aureus ini menyebabkan gejala gastroenteritis yang akut setelah menelan makanan dua sampai lima jam kemudian.
Penelitian ini menggunakan 20 mencit jantan yang dibagi menjadi lima kelompok. Tiap kelompok terdiri atas empat ekor mencit. Sampel yang digunakan adalah darah untuk pemeriksaan leukosit dan organ hati, paru dan ginjal untuk pemeriksaan histopatologi yang diambil dari seluruh populasi mencit.
Data yang digunakan meliputi gambaran leukosit yang diambil dengan interval waktu tujuh hari selama penelitian. Gambaran histopatologik organ hati, paru dan ginjal yang diperoleh setelah eutanasi, nekropsi dan seksi organ hewan percobaan pada akhir penelitian.
Sambiloto diperoleh dari Pusat Peneolitian Tanaman Obat Tradisional (PPOT) UGM yang dibuat dalam sediaan ekstrak. Bahan lainnya adalah biak murni staphylococcus aureus strain, plat agar darah (PAD), media broth heart infusion (BHI), ethylene diamine tetra acid (EDTA), larutan turk, larutan giemsa, phospat buffer saline (PBS) steril, dan metanol.
Dalam analisa data, jumlah total leukosit dan diferensial leukosit diolah secara statistik dengan menggunakan metode split-plot. Data yang menunjukkan signifikan dilanjutkan dengan uji HSD Tukey's untuk mengetahui variabel-variabel dari ketiga kelompok menunjukkan perbedaan yang signifikan. Gambaran histopatologik organ hati, paru dan ginjal dianalisa secara deskriptif dengan cara membandingkan kelompok perlakuan dengan kontrol.
Dari serangkaian penelitian itu disimpulkan, infeksi bakteri staphylococcus aureus menyebabkan keradangan pada paru-paru, hati, dan ginjal mencit percobaan. Infeksi ini dapat menyebabkan penurunan leukosit diikuti dengan neutropenia. Pemberian ekstrak sambiloto pada mencit percobaan diketahui dapat meningkatkan sistem pertahanan tubuh terhadap infeksi staphylococcus aureus. bur( )
Sumber :http://www.republika.co.id/suplemen/cetak_detail.asp?mid=1&id=145117&kat_id=105&kat_id1=151&kat_id2=192
NB: Kami menyediakan Ektrak Herbal Sambiloto, info lebih lanjut bisa klik di http://herbmedicine.blogspot.com ATAU sehatherbal@yahoo.co.id / 081310343598
SehatHerbal hadir untuk memberikan informasi manfaat tanaman obat/ Herbal khususnya Herbal Indonesia untuk kesehatan. Selain memberikan informasi herbal, SehatHerbal juga menyediakan berbagai macam herbal yang sudah dalam bentuk ektrak dan dikemas dalam bentuk kapsul sehingga memudahkan untuk mengkonsumsinya. Bagi yang berminat untuk memanfaatkan herbal dan konsultasi pengobatan herbal bisa contact : sehat.herbal2024@gmail.com atau 082210544594
Sunday, May 27, 2007
Thursday, May 24, 2007
LENGKUAS , Anti Jamur dan Anti Kembung
Lengkuas (Alpina galanga SW) dikenal kaya kandungan kimia. Beberapa zat kimia yang sudah diketahui terkandung dalam tanaman yang dikenal dengan nama daerah laos, laja, atau isem ini adalah saponin, tanin, flavonoida, dan minyak atsiri. Selain itu, terdapat kandungan aktif basonin, eugenol, galangan, dan galangol.
Lengkuas termasuk ke dalam famili Zingiberacceae. Tanaman yang memiliki tinggi hingga tiga meter ini terbagi dalam dua jenis, putih dan merah. Tanaman ini memiliki akar tak teratur. Di lapisan luar terdapat kulit tipis berwarna coklat dan merah di bagian tangkai yang berbentuk umbi. Bagian dalam berwarna putih, jika dikeringkan menjadi kehijau-hijauan. Tanaman ini memiliki bau seperti bumbu, dan berasa pedas tajam seperti lidah tergigit.
Lengkuas yang biasanya digunakan untuk pengobatan adalah jenis lengkuas merah (Alpinia purpurata K Schum). Dalam farmakologi Cina dan pengobatan tradisional lainnya disebutkan, lengkuas merah memiliki sifat antijamur dan antikembung. Efek farmakologi ini umumnya diperoleh dari rimpang yang mengandung basonin, eugenol, galangan dan galangol.
Basonin dikenal memiliki efek merangsang semangat, eugenol mencegah ejakulasi prematur, antijamur Candica albicans, antikejang analgetik, anestetik, dan penekan pengendali gerak, galangan meredakan rasa lelah, antimutagenik, penghambat enzim siklo-oksigenase dan lipoksogenase, sementara galangol dapat merangsang semangat dan menghangatkan tubuh.
Berdasarkan berbagai literatur tentang pengalaman turun-temurun dari berbagai daerah dan negara, lengkuas merah dapat mengobati penyakit-penyakit seperti gangguan perut (kembung, sebah), panu, kurap, eksema, bercak-bercak kulit dan tahi lalat (sproeten), demam dan pembengkakan limpa, pembersih usai bersalin, radang telinga, bronchitis, masuk angin, diare, sakit gigi karena angin dingin, dan sebagai obat kuat.
Untuk mengobati gangguan perut, lengkuas merah sebesar satu jari diiris tipis-tipis, rebus dengan tiga gelas air hingga menjadi dua gelas. Minum satu gelas pagi dan sore sebelum makan.
Sebagai obat panu, ambil rimpang segar satu jari, potong miring, ujung dipukul-pukul hingga seperti kuas, dan gosokkan pada panu. Untuk mengobati kurap, giling hingga halus rimpang lengkuas empat jari dan bawang putih satu buah. Tambahkan satu sendok cuka, panaskan, dan oleskan pada bagian tubuh yang terkena kurap.
Untuk mengobati eksema, cuci dan parut satu jari rimpang, tambahkan air kapur sirih secukupnya, lalu aduk hingga menjadi adonan seperti bubur. Pakai adonan untuk menurap kulit yang terkena eksema, lalu dibalut. Balutan adonan diganti dua hari sekali.
Untuk obat antidemam yang disertai pembesaran limpa; cuci, parut, dan peras rimpang. Tambahkan satu sendok teh air dan sedikit garam dapur, lalu diminum di pagi hari.
Untuk pembersihan sehabis bersalin (nifas), ambil rimpang lengkuas yang masih muda sebesar tiga jari, dicuci, potong-potong, rebus dengan air secukupnya, lalu diminum. Untuk mengobati bronchitis, rimpang lengkuas satu jari dicuci bersih, lalu parut. Tambahkan setengah cangkir air masak dan dua sendok makan madu, lalu diremas sampai merata. Peras dan saring untuk tiga kali minum setiap hari.
Sebagai obat diare, parut tiga perempat rimpang, tambahkan setengah cangkir air dan satu sendok madu. Peras, saring, lalu minum dua kali sehari. Sementara untuk obat kuat (aphrodisiac), minum air rebusan rimpang (sebaiknya dicampur dengan tanaman obat lainnya). arp
Sumber : http://republika.co.id/suplemen/cetak_detail.asp?mid=2&id=127831&kat_id=105&kat_id1=150&kat_id2=187
Lengkuas termasuk ke dalam famili Zingiberacceae. Tanaman yang memiliki tinggi hingga tiga meter ini terbagi dalam dua jenis, putih dan merah. Tanaman ini memiliki akar tak teratur. Di lapisan luar terdapat kulit tipis berwarna coklat dan merah di bagian tangkai yang berbentuk umbi. Bagian dalam berwarna putih, jika dikeringkan menjadi kehijau-hijauan. Tanaman ini memiliki bau seperti bumbu, dan berasa pedas tajam seperti lidah tergigit.
Lengkuas yang biasanya digunakan untuk pengobatan adalah jenis lengkuas merah (Alpinia purpurata K Schum). Dalam farmakologi Cina dan pengobatan tradisional lainnya disebutkan, lengkuas merah memiliki sifat antijamur dan antikembung. Efek farmakologi ini umumnya diperoleh dari rimpang yang mengandung basonin, eugenol, galangan dan galangol.
Basonin dikenal memiliki efek merangsang semangat, eugenol mencegah ejakulasi prematur, antijamur Candica albicans, antikejang analgetik, anestetik, dan penekan pengendali gerak, galangan meredakan rasa lelah, antimutagenik, penghambat enzim siklo-oksigenase dan lipoksogenase, sementara galangol dapat merangsang semangat dan menghangatkan tubuh.
Berdasarkan berbagai literatur tentang pengalaman turun-temurun dari berbagai daerah dan negara, lengkuas merah dapat mengobati penyakit-penyakit seperti gangguan perut (kembung, sebah), panu, kurap, eksema, bercak-bercak kulit dan tahi lalat (sproeten), demam dan pembengkakan limpa, pembersih usai bersalin, radang telinga, bronchitis, masuk angin, diare, sakit gigi karena angin dingin, dan sebagai obat kuat.
Untuk mengobati gangguan perut, lengkuas merah sebesar satu jari diiris tipis-tipis, rebus dengan tiga gelas air hingga menjadi dua gelas. Minum satu gelas pagi dan sore sebelum makan.
Sebagai obat panu, ambil rimpang segar satu jari, potong miring, ujung dipukul-pukul hingga seperti kuas, dan gosokkan pada panu. Untuk mengobati kurap, giling hingga halus rimpang lengkuas empat jari dan bawang putih satu buah. Tambahkan satu sendok cuka, panaskan, dan oleskan pada bagian tubuh yang terkena kurap.
Untuk mengobati eksema, cuci dan parut satu jari rimpang, tambahkan air kapur sirih secukupnya, lalu aduk hingga menjadi adonan seperti bubur. Pakai adonan untuk menurap kulit yang terkena eksema, lalu dibalut. Balutan adonan diganti dua hari sekali.
Untuk obat antidemam yang disertai pembesaran limpa; cuci, parut, dan peras rimpang. Tambahkan satu sendok teh air dan sedikit garam dapur, lalu diminum di pagi hari.
Untuk pembersihan sehabis bersalin (nifas), ambil rimpang lengkuas yang masih muda sebesar tiga jari, dicuci, potong-potong, rebus dengan air secukupnya, lalu diminum. Untuk mengobati bronchitis, rimpang lengkuas satu jari dicuci bersih, lalu parut. Tambahkan setengah cangkir air masak dan dua sendok makan madu, lalu diremas sampai merata. Peras dan saring untuk tiga kali minum setiap hari.
Sebagai obat diare, parut tiga perempat rimpang, tambahkan setengah cangkir air dan satu sendok madu. Peras, saring, lalu minum dua kali sehari. Sementara untuk obat kuat (aphrodisiac), minum air rebusan rimpang (sebaiknya dicampur dengan tanaman obat lainnya). arp
Sumber : http://republika.co.id/suplemen/cetak_detail.asp?mid=2&id=127831&kat_id=105&kat_id1=150&kat_id2=187
Tuesday, May 8, 2007
TEMPUYUNG DATANG, BATU GINJAL HILANG
Mengusir batu ginjal dengan menggunakan tanaman obat rupanya tak bisa dikesampingkan begitu saja. Beberapa hasil penelitian laboratorium menunjukkan, banyak tanaman mampu menghancurkan atau mengikir batu dari senyawa yang biasa terbentuk dalam ginjal. Beberapa di antaranya disajikan dalam tulisan ini.
Penyembuhan penyakit batu ginjal memang bisa dilakukan dengan banyak cara. Dari yang tradisional hingga yang berteknologi canggih, semua sudah bisa dipilih di negeri ini. Masing-masing cara tentu ada kelebihan dan kekurangan.
Bila dipilah-pilah, penyembuhan itu bisa dibedakan atas penyembuhan dengan obat, operasi, dan penembakan sinar laser atau gelombang kejut. Penentuan cara yang hendak dipilih sangat tergantung dari kondisi pasien. Makin berat kasus penyakit batu ginjal yang dialami pasien, makin radikal pula penyembuhannya.
Bila batu ginjal itu masih kecil sehingga bisa diusahakan untuk dikeluarkan bersama air seni, maka digunakan obat diuretik pelancar pengeluaran urine. Namun, kalau batunya sudah membesar, obat penghancur batu pun mulai diperlukan. Kalau batu ginjal itu terdiri atas garam karbonat, obat penghancurnya dipilih yang di dalam ginjal bisa menjadi asam sehingga senyawa karbonatnya hancur atau larut. Terkadang pula, dalam kasus yang disertai adanya luka, penyembuhan pasien penderita batu ginjal memerlukan obat yang di dalam urine bersifat antibakteri. Luka tersebut terjadi karena batu telah merusak ginjal yang ditandai dengan adanya darah dalam kencing.
Bila diameter batu ginjal lebih besar lagi, penyembuhan bisa dengan melakukan pemecahan batu menggunakan sinar laser atau gelombang kejut ultrasonik. Kalau upaya-upaya tadi belum membuahkan hasil, tindakan operasi pengangkatan batu biasanya dilakukan sebagai langkah akhir yang radikal. Ini pun tidak sepenuhnya menyelesaikan masalah karena setelah operasi dilakukan, batu ginjal masih mungkin muncul lagi.
Berkat kalium
Di samping cara-cara medis tadi, pengusiran batu ginjal juga bisa dilakukan dengan cara alternatif, yakni menggunakan obat tradisional yang terutama terdiri atas tanaman "penghancur" batu ginjal. Memang, belum semua obat tradisional telah diuji dengan penelitian ilmiah. Kalau pun sudah diteliti, seringkali belum dilakukan secara terinci seperti yang dilakukan terhadap obat-obatan modern. Obat-obatan tradisional lebih berdasarkan pada pengalaman empiris. Meski begitu, tanaman yang dikenal sebagai peluruh batu ginjal tadi berindikasi baik dan tergolong baik dalam dosis yang ditetapkan.
Beberapa penelitian yang telah dilakukan terhadap khasiat tanaman dalam mengusir batu ginjal di antaranya melalui daya larut infus atau hasil proses lain terhadap kristal karbonat secara invitro dalam cawan petri. Tentu saja cara ini memiliki kelemahan, yakni belum tentu daya larutnya sama bila terjadi di dalam tubuh manusia.
Penelitian juga dilakukan menggunakan tikus. Pada hewan percobaan ini biasanya dibuat batu dalam kandung kemih. Pembuatan batu dalam ginjal tikus belum dapat dilakukan. Hasilnya, beberapa tanaman dapat menghancurkan atau mencegah pembentukan batu dalam kandung kemih. Ini pun belum tentu berlaku bagi manusia. Lagi pula yang diuji berupa batu dalam kandung kemih, bukan batu ginjal.
Beberapa tanaman yang telah diteliti tadi di antaranya tempuyung, srigunggu, sambang getih, gempur watu, dan keji beling IV. Dari sekian jenis tanaman tersebut tempuyung merupakan yang terpopuler. Bahkan, tanaman ini telah diolah dalam skala industri sebagai obat penghancur batu ginjal.
Tempuyung (Sonchus arvensis L) termasuk tanaman terna menahun yang biasanya tumbuh di tempat-tempat yang ternaungi. Daunnya hijau licin dengan sedikit ungu, tepinya berombak, dan bergigi tidak beraturan. Di dekat pangkal batang, daun bergigi itu terpusar membentuk roset dan yang terletak di sebelah atas memeluk batang berselang seling. Daun berombak memeluk batang inilah yang berkhasiat menghancurkan batu ginjal.
Di dalam daun tersebut terkandung kalium berkadar cukup tinggi. Kehadiran kalium dari daun tempuyung inilah yang membuat batu ginjal berupa kalsium karbonat tercerai berai, karena kalium akan menyingkirkan kalsium untuk bergabung dengan senyawa karbonat, oksalat, atau urat yang merupakan pembentuk batu ginjal. Endapan batu ginjal itu akhirnya larut dan hanyut keluar bersama urine.
Untuk menggunakannya sebagai obat diperlukan lima lembar daun tempuyung segar. Setelah dicuci bersih, daun diasapkan sebentar. Daun tersebut dimakan sekali habis sebagai lalap bersama nasi. Dalam sehari kita bisa memakan lalap itu sebanyak tiga kali.
Cara lainnya, 500 mg daun tempuyung kering diseduh dengan air satu gelas minum seperti membuat teh. Air seduhan inilah yang diminum sebagai obat. Dalam sehari kita bisa meminumnya sebanyak tiga kali, sampai batu ginjal hilang.
Penelitian tanaman ini dilakukan oleh almarhum Prof. Dr. Sarjito dari Universitas Gajah Mada Yogyakarta. Dalam penelitian itu dia merendam batu ginjal seseorang dalam rebusan daun tempuyung pada suhu kamar dan pada suhu 37oC. Bahan percobaan tadi ada yang digoyang seperti gerakan tubuh manusia, ada pula yang tidak. Setelah itu batu ditimbang dan kalsium dalam larutan diukur secara kimia. Hasilnya, semua batu ginjal berkurang bobotnya.
Sarjito juga meneliti daya penghancuran batu ginjal manusia dengan melakukan pemeriksaan kristal dalam air seni dan dengan menggunakan sinar rontgen. Hasilnya, diketahui tanaman tempuyung dapat menghancurkan batu ginjal. Sayangnya, sampai sekarang belum diketahui senyawa yang melarutkan atau menghancurkan batu ginjal.
Hancurkan batu, relaksasi otot
Tanaman lain yang sudah cukup banyak diteliti khasiatnya dalam menyingkirkan batu ginjal adalah srigunggu (Clerodendron serratum Speng). Tanaman perdu tegak yang tingginya 1 - 3 m ini cukup dikenal di seluruh P. Jawa. Ia tumbuh dari daerah pesisir hingga pada ketinggian 1.700 m di atas permukaan laut.
Berdasarkan penelitian Adjirni, dkk. (1996) tanaman ini terbukti memiliki daya penghancur batu kandung kemih pada tikus. Sedangkan Suyati Woro Indiyah (1983) membuktikan kemampuan srigunggu dalam merelaksasi otot polos usus. Sifat otot ini sama dengan yang terdapat pada saluran kemih. Lenturnya otot saluran kemih akan membantu jalannya batu keluar. Syaratnya, batu itu masih kecil. Penelitian Yun Astuti dan Adjirni Sa'roni juga membuktikan infus srigunggu dapat menghancurkan batu kemih buatan, meskipun tidak ditemukan adanya efek diuretik pada tikus putih.
Srigunggu yang memiliki kadar kalium tinggi, ternyata juga mengandung senyawa flavonoid. Dari 100 g abu daunnya ditemukan 382 mg kalium. Bisa jadi, kandungan kalium yang tinggi inilah yang membuatnya mampu menyingkirkan batu ginjal.
Untuk menjadikan srigunggu sebagai obat, diperlukan lima lembar daunnya. Daun tersebut direbus dengan empat gelas minum hingga volumenya tinggal 3/4-nya atau tiga gelas minum. Air rebusan inilah yang dijadikan obat. Setiap kali meminumnya, diperlukan 3/4 gelas. Ini dilakukan tiga kali dalam sehari.
Yang tak kalah galaknya dalam mengusir batu ginjal adalah daun keci beling. Nama yang lebih dikenal oleh oleh orang Jawa. Namun, bila menyebut nama itu, tanaman yang dimaksud sebenarnya lebih dari satu yang sama-sama memiliki khasiat menyingkirkan batu ginjal. Yakni, Hemigraphis colorata Hall. yang memiliki nama lain sambang getih, Strobilanthes crispus BL atau Sericocalys crispus Bremek yang dikenal sebagai keci beling IV, dan Ruellia napifera Zall. atau keci beling III yang sering pula dijuluki sebagai tanaman gempur watu.
Sambang getih merupakan terna yang tumbuh liar dengan batang rebah. Biasanya ditanam di pinggir kebun. Daun tanaman ini mengandung kalium dengan kadar tinggi. Keci beling IV sejenis tumbuhan belukar yang kebanyakan tumbuh liar. Bagian yang digunakan obat batu ginjal adalah daunnya yang memiliki kadar kalium tinggi. Dalam 100 mg daun segar bisa diperoleh 322 mg kalium. Sedangkan informasi tentang gempur batu hampir tidak ditemukan selain bahwa daun tanaman ini dapat digunakan untuk mengobati kencing batu.
Untuk menyingkirkan batu ginjal dengan menggunakan daun sambang getih diperlukan 30 lembar. Semuanya direbus dengan dua gelas minum air hingga mendidih beberapa menit. Air hasil rebusan ini diminum sekaligus.
Bila menggunakan daun keci beling IV diperlukan delapan lembar atau dengan bobot 25 g. Potong-potong daun tersebut lalu direbus dengan tiga gelas minum air hingga tinggal 3/4 bagiannya. Setelah disaring, tambahkan madu secukupnya. Air rebusan tadi dibagi menjadi tiga bagian masing-masing diminum untuk pagi, siang, dan malam hari.
Sedangkan bila hendak memilih daun gempur watu sebagai obat, ada dua cara yang bisa dipilih. Pertama, diperlukan 10 lembar daun gempur watu segar. Daun tersebut diolah seperti mengolah daun keci beling IV. Begitu pula dengan dosisnya. Pada cara kedua diperlukan 15 g daun segar. Daun direbus dengan dua gelas minum hingga mendidih. Air rebusan tadi dikonsumsi untuk dua kali, masing-masing satu gelas.
Dalam keadaan krisis ekonomi, obat-obat alternatif seperti ini memang tidak ada salahnya dicoba. Di samping murah, khasiatnya juga sudah dirasakan sejak lama meskipun penelitian ilmiahnya masih sangat terbatas.
Bagaimana pun juga pencegahan munculnya batu di dalam ginjal lebih penting. Cara yang termudah adalah dengan minum air yang cukup banyak. Dengan demikian garam-garam pembentuk batu ginjal bisa terencerkan dan tidak terjadi pengendapan. Kalau pun sudah terbentuk dengan ukuran renik, garam tersebut bisa terbawa bersama urine. Mudah-mudahan. (*/B. Dzulkarnain)
Sumber :http://www.indomedia.com/intisari/1998/mei/ginjal.htm
SehatHerbal menyediakan Ektrak Tempuyung sudah dalam bentuk kapsul, mudah untuk dikonsumsi,harga Rp. 67.500,-/botol isi 50 butir. Info lebih lanjut dan pemesanan sehatherbal@yahoo.co.id atau 081310343598. Atau klik : http://herbmedicine.blogspot.com.
Penyembuhan penyakit batu ginjal memang bisa dilakukan dengan banyak cara. Dari yang tradisional hingga yang berteknologi canggih, semua sudah bisa dipilih di negeri ini. Masing-masing cara tentu ada kelebihan dan kekurangan.
Bila dipilah-pilah, penyembuhan itu bisa dibedakan atas penyembuhan dengan obat, operasi, dan penembakan sinar laser atau gelombang kejut. Penentuan cara yang hendak dipilih sangat tergantung dari kondisi pasien. Makin berat kasus penyakit batu ginjal yang dialami pasien, makin radikal pula penyembuhannya.
Bila batu ginjal itu masih kecil sehingga bisa diusahakan untuk dikeluarkan bersama air seni, maka digunakan obat diuretik pelancar pengeluaran urine. Namun, kalau batunya sudah membesar, obat penghancur batu pun mulai diperlukan. Kalau batu ginjal itu terdiri atas garam karbonat, obat penghancurnya dipilih yang di dalam ginjal bisa menjadi asam sehingga senyawa karbonatnya hancur atau larut. Terkadang pula, dalam kasus yang disertai adanya luka, penyembuhan pasien penderita batu ginjal memerlukan obat yang di dalam urine bersifat antibakteri. Luka tersebut terjadi karena batu telah merusak ginjal yang ditandai dengan adanya darah dalam kencing.
Bila diameter batu ginjal lebih besar lagi, penyembuhan bisa dengan melakukan pemecahan batu menggunakan sinar laser atau gelombang kejut ultrasonik. Kalau upaya-upaya tadi belum membuahkan hasil, tindakan operasi pengangkatan batu biasanya dilakukan sebagai langkah akhir yang radikal. Ini pun tidak sepenuhnya menyelesaikan masalah karena setelah operasi dilakukan, batu ginjal masih mungkin muncul lagi.
Berkat kalium
Di samping cara-cara medis tadi, pengusiran batu ginjal juga bisa dilakukan dengan cara alternatif, yakni menggunakan obat tradisional yang terutama terdiri atas tanaman "penghancur" batu ginjal. Memang, belum semua obat tradisional telah diuji dengan penelitian ilmiah. Kalau pun sudah diteliti, seringkali belum dilakukan secara terinci seperti yang dilakukan terhadap obat-obatan modern. Obat-obatan tradisional lebih berdasarkan pada pengalaman empiris. Meski begitu, tanaman yang dikenal sebagai peluruh batu ginjal tadi berindikasi baik dan tergolong baik dalam dosis yang ditetapkan.
Beberapa penelitian yang telah dilakukan terhadap khasiat tanaman dalam mengusir batu ginjal di antaranya melalui daya larut infus atau hasil proses lain terhadap kristal karbonat secara invitro dalam cawan petri. Tentu saja cara ini memiliki kelemahan, yakni belum tentu daya larutnya sama bila terjadi di dalam tubuh manusia.
Penelitian juga dilakukan menggunakan tikus. Pada hewan percobaan ini biasanya dibuat batu dalam kandung kemih. Pembuatan batu dalam ginjal tikus belum dapat dilakukan. Hasilnya, beberapa tanaman dapat menghancurkan atau mencegah pembentukan batu dalam kandung kemih. Ini pun belum tentu berlaku bagi manusia. Lagi pula yang diuji berupa batu dalam kandung kemih, bukan batu ginjal.
Beberapa tanaman yang telah diteliti tadi di antaranya tempuyung, srigunggu, sambang getih, gempur watu, dan keji beling IV. Dari sekian jenis tanaman tersebut tempuyung merupakan yang terpopuler. Bahkan, tanaman ini telah diolah dalam skala industri sebagai obat penghancur batu ginjal.
Tempuyung (Sonchus arvensis L) termasuk tanaman terna menahun yang biasanya tumbuh di tempat-tempat yang ternaungi. Daunnya hijau licin dengan sedikit ungu, tepinya berombak, dan bergigi tidak beraturan. Di dekat pangkal batang, daun bergigi itu terpusar membentuk roset dan yang terletak di sebelah atas memeluk batang berselang seling. Daun berombak memeluk batang inilah yang berkhasiat menghancurkan batu ginjal.
Di dalam daun tersebut terkandung kalium berkadar cukup tinggi. Kehadiran kalium dari daun tempuyung inilah yang membuat batu ginjal berupa kalsium karbonat tercerai berai, karena kalium akan menyingkirkan kalsium untuk bergabung dengan senyawa karbonat, oksalat, atau urat yang merupakan pembentuk batu ginjal. Endapan batu ginjal itu akhirnya larut dan hanyut keluar bersama urine.
Untuk menggunakannya sebagai obat diperlukan lima lembar daun tempuyung segar. Setelah dicuci bersih, daun diasapkan sebentar. Daun tersebut dimakan sekali habis sebagai lalap bersama nasi. Dalam sehari kita bisa memakan lalap itu sebanyak tiga kali.
Cara lainnya, 500 mg daun tempuyung kering diseduh dengan air satu gelas minum seperti membuat teh. Air seduhan inilah yang diminum sebagai obat. Dalam sehari kita bisa meminumnya sebanyak tiga kali, sampai batu ginjal hilang.
Penelitian tanaman ini dilakukan oleh almarhum Prof. Dr. Sarjito dari Universitas Gajah Mada Yogyakarta. Dalam penelitian itu dia merendam batu ginjal seseorang dalam rebusan daun tempuyung pada suhu kamar dan pada suhu 37oC. Bahan percobaan tadi ada yang digoyang seperti gerakan tubuh manusia, ada pula yang tidak. Setelah itu batu ditimbang dan kalsium dalam larutan diukur secara kimia. Hasilnya, semua batu ginjal berkurang bobotnya.
Sarjito juga meneliti daya penghancuran batu ginjal manusia dengan melakukan pemeriksaan kristal dalam air seni dan dengan menggunakan sinar rontgen. Hasilnya, diketahui tanaman tempuyung dapat menghancurkan batu ginjal. Sayangnya, sampai sekarang belum diketahui senyawa yang melarutkan atau menghancurkan batu ginjal.
Hancurkan batu, relaksasi otot
Tanaman lain yang sudah cukup banyak diteliti khasiatnya dalam menyingkirkan batu ginjal adalah srigunggu (Clerodendron serratum Speng). Tanaman perdu tegak yang tingginya 1 - 3 m ini cukup dikenal di seluruh P. Jawa. Ia tumbuh dari daerah pesisir hingga pada ketinggian 1.700 m di atas permukaan laut.
Berdasarkan penelitian Adjirni, dkk. (1996) tanaman ini terbukti memiliki daya penghancur batu kandung kemih pada tikus. Sedangkan Suyati Woro Indiyah (1983) membuktikan kemampuan srigunggu dalam merelaksasi otot polos usus. Sifat otot ini sama dengan yang terdapat pada saluran kemih. Lenturnya otot saluran kemih akan membantu jalannya batu keluar. Syaratnya, batu itu masih kecil. Penelitian Yun Astuti dan Adjirni Sa'roni juga membuktikan infus srigunggu dapat menghancurkan batu kemih buatan, meskipun tidak ditemukan adanya efek diuretik pada tikus putih.
Srigunggu yang memiliki kadar kalium tinggi, ternyata juga mengandung senyawa flavonoid. Dari 100 g abu daunnya ditemukan 382 mg kalium. Bisa jadi, kandungan kalium yang tinggi inilah yang membuatnya mampu menyingkirkan batu ginjal.
Untuk menjadikan srigunggu sebagai obat, diperlukan lima lembar daunnya. Daun tersebut direbus dengan empat gelas minum hingga volumenya tinggal 3/4-nya atau tiga gelas minum. Air rebusan inilah yang dijadikan obat. Setiap kali meminumnya, diperlukan 3/4 gelas. Ini dilakukan tiga kali dalam sehari.
Yang tak kalah galaknya dalam mengusir batu ginjal adalah daun keci beling. Nama yang lebih dikenal oleh oleh orang Jawa. Namun, bila menyebut nama itu, tanaman yang dimaksud sebenarnya lebih dari satu yang sama-sama memiliki khasiat menyingkirkan batu ginjal. Yakni, Hemigraphis colorata Hall. yang memiliki nama lain sambang getih, Strobilanthes crispus BL atau Sericocalys crispus Bremek yang dikenal sebagai keci beling IV, dan Ruellia napifera Zall. atau keci beling III yang sering pula dijuluki sebagai tanaman gempur watu.
Sambang getih merupakan terna yang tumbuh liar dengan batang rebah. Biasanya ditanam di pinggir kebun. Daun tanaman ini mengandung kalium dengan kadar tinggi. Keci beling IV sejenis tumbuhan belukar yang kebanyakan tumbuh liar. Bagian yang digunakan obat batu ginjal adalah daunnya yang memiliki kadar kalium tinggi. Dalam 100 mg daun segar bisa diperoleh 322 mg kalium. Sedangkan informasi tentang gempur batu hampir tidak ditemukan selain bahwa daun tanaman ini dapat digunakan untuk mengobati kencing batu.
Untuk menyingkirkan batu ginjal dengan menggunakan daun sambang getih diperlukan 30 lembar. Semuanya direbus dengan dua gelas minum air hingga mendidih beberapa menit. Air hasil rebusan ini diminum sekaligus.
Bila menggunakan daun keci beling IV diperlukan delapan lembar atau dengan bobot 25 g. Potong-potong daun tersebut lalu direbus dengan tiga gelas minum air hingga tinggal 3/4 bagiannya. Setelah disaring, tambahkan madu secukupnya. Air rebusan tadi dibagi menjadi tiga bagian masing-masing diminum untuk pagi, siang, dan malam hari.
Sedangkan bila hendak memilih daun gempur watu sebagai obat, ada dua cara yang bisa dipilih. Pertama, diperlukan 10 lembar daun gempur watu segar. Daun tersebut diolah seperti mengolah daun keci beling IV. Begitu pula dengan dosisnya. Pada cara kedua diperlukan 15 g daun segar. Daun direbus dengan dua gelas minum hingga mendidih. Air rebusan tadi dikonsumsi untuk dua kali, masing-masing satu gelas.
Dalam keadaan krisis ekonomi, obat-obat alternatif seperti ini memang tidak ada salahnya dicoba. Di samping murah, khasiatnya juga sudah dirasakan sejak lama meskipun penelitian ilmiahnya masih sangat terbatas.
Bagaimana pun juga pencegahan munculnya batu di dalam ginjal lebih penting. Cara yang termudah adalah dengan minum air yang cukup banyak. Dengan demikian garam-garam pembentuk batu ginjal bisa terencerkan dan tidak terjadi pengendapan. Kalau pun sudah terbentuk dengan ukuran renik, garam tersebut bisa terbawa bersama urine. Mudah-mudahan. (*/B. Dzulkarnain)
Sumber :http://www.indomedia.com/intisari/1998/mei/ginjal.htm
SehatHerbal menyediakan Ektrak Tempuyung sudah dalam bentuk kapsul, mudah untuk dikonsumsi,harga Rp. 67.500,-/botol isi 50 butir. Info lebih lanjut dan pemesanan sehatherbal@yahoo.co.id atau 081310343598. Atau klik : http://herbmedicine.blogspot.com.
Monday, May 7, 2007
ATASI ANEKA RADANG DENGAN TAPAK LIMAN
Tapak liman (Elephantophus scraber LI) dikenal sebagai tumbuhan yang mudah tumbuh. Di beberapa daerah sering dinamakan tutup bumi, balagaduk, tapak tangan, atau talpak tana. Tumbuhan ini masuk ke dalam famili Compositae yang sering juga dinamakan dengan istilah latinnya Asterocephalus cochinchinensis Soreng.
Tumbuhan ini banyak hidup di tempat yang cukup air. Cukup dengan bijinya, tapak liman bisa berkembangbiak dengan cepat dan tumbuh subur. Pemeliharaannya pun cukup mudah dengan menjaga kelembaban tanah dan pemupukan dasar. Dalam pengobatan tradisional Cina, tapak liman diketahui sebagai tanaman yang memiliki sifat pahit, pedas, dan sejuk. Di negara itu, tanaman ini digunakan untuk penurun panas, antibiotik, antiradang, peluruh seni, menghilangkan bengkak, dan menetralkan racun. Semua efek ini didapatkan dari seluruh bagian tanaman.
Tak heran bila tapak liman ini jadi obat antiradang di Cina. Soalnya, dalam tumbuhan ini kaya sekali dengan unsur kimia yang bermanfaat. Di daunnya, terdapat kandungan epifrieelinol, lupeol, stiqmasterol, triacontan-l-ol, dotriacontan-l-ol, lupeol acetat, deoxyelephantopin, dan isodeoxyelephantopin. Sedangkan, kandungan pada bunganya terdapat luteolin-7-glucoside.
Penggunaan tapak liman untuk berbagai penyakit biasanya dilakukan dengan cara pengobatan dalam, yaitu dengan cara diminum air rebusannya. Bagian yang digunakan adalah semua tanaman, baik akar, batang, daun, maupun seluruh tanaman. Tapak liman ini dijadikan obat tradisional, dalam keadaan segar, kering, bahkan diekstraksi dan dimasukkan ke dalam kapsul.
Jenis penyakit yang dapat diatasi dengan tapak liman antara lain berbagai radang, seperti peradangan amandel, influenza, radang tenggorok, radang mata, radang ginjal yang akut dan krinis, serta radang rahim atau keputihan. Untuk mengatasi berbagai radang ini, seluruh tanaman tapak liman yang sudah dikeringkan, dicampur air dan direbus. Airnya disaring dan diminum secara rutin tiap hari.
Sementara itu, untuk mengatasi perut kembung, hepatitis, beri-beri, disentri, gigitan ular, batuk seratus hari, kurang darah, dan lain-lain digunakan beberapa bagian atau seluruh tanaman. Contohnya, untuk hepatitis, agar segarnya direbus dengan daging. Airnya diminum. Untuk beri-beri, seluruh tanaman, ditambah tahu dan air, lalu ditim serta dimakan. Perut kembung dapat diatasi dengan air rebusan batang tapak liman.
Tak hanya itu saja, untuk mempermudah proses kelahiran dan pengobatan sesudah bersalin, tapak liman kering yang direbus jadi andalan pengobatan. Air rebusan tanaman keringnya pun bisa melembutkan kaki, meluruh haid, dan membersihkan darah.
( wed )
SUMBER :http://republika.co.id/suplemen/cetak_detail.asp?mid=2&id=154797&kat_id=105&kat_id1=150&kat_id2=187
SehatHerbal menyediakan Ektrak Tapak Liman sudah dalam bentuk kapsul, mudah utk dikonsumsi, harga Rp.67.500,-/botol isi 50 butir. Info lebih lanjut dan pemesanan : sehatherbal@yahoo.co.id atau 081310343598
SIDAGURI, MERINGANKAN ASAM URAT-REMATIK
Asam urat dan rematik merupakan penyakit yang sering dialami oleh mereka yang kelebihan asam urat pada tubuhnya. Pengobatan tradisional cukup banyak dimanfaatkan pengidap penyakit asam urat dan rematik ini.
''Pengobatan asam urat dan rematik seringkali memang menggunakan obat modern. Namun, kerapkali, pengobatan tersebut memiliki efek samping berupa gangguan pada lambung. Karena itu, tak ada salahnya menggunakan pengobatan tradisional,'' ujar Ning Harmanto, terapis obat tradisional ketika dihubungi pekan lalu di Jakarta.
Menurutnya, pengobatan tradisional untuk asam urat dan tradisional berupa akar-akaran tumbuhan yang bisa ditemukan hidup subur dan liar di Indonesia. Katanya, tumbuhan yang tepat untuk pengobatan asam urat adalah Sidaguri atau Sida rhombifolia L.
Obat tradisional dari sidaguri ini memang bisa digunakan secara sendiri, atau satu jenis, maupun racikan yang dicampur dengan bahan lainnya. Salah satu campuran yang sangat baik bagi pengobatan asam urat adalah dengan mencampur racikan bersama mahkota dewa.
Sidaguri merupakan tumbuhan perdu liar yang tumbuh tegak bercabang. Tinggi tumbuhan mencapai 1 sampai 2 meter di daerah tropis berketinggian 1.400 meter di atas permukaan laut. Tanaman ini tumbuh subur dengan sinar matahari yang cukup. Perkembangbiakan tanaman ini bisa dilakukan dengn biji maupun dengan stek batang.
Ciri-ciri tumbuhan ini adalah bentuk daunnya yang bulat telur memanjang dan tepinya bergerigi. Panjang daunnya 1 sampai 4 centimeter dengan lebar 1 sampai 2 centimeter. Bunganya tunggal berwarna kuning. Bunganya mekar di siang hari dan hanya bertahan tiga jam saja. Sedangkan buahnya berupa kendaga.
Khasiat sidaguri ini didapatkan dari kandungan kimiawi di dalamnya, yaitu alkaloid, kalsium oksalat, tanin, saponin, fenol, asam amino, minyak terbang, dan zat philegmatic Pada batangnya mengandung tanin dan kalsium oksalat. Pada akarnya pun terdapat kaloid, steroid dan efedrine. Dalam pengobatan tradisional, bagian yang digunakan adalah seluruh bagian tumbuhan dengan kondisi segar atau dikeringkan.
Selain untuk asam urat dan rematik, sidaguri bermanfaat untuk flu, demam, malaria, radang amandel, radang usus, disentri, sakit perut, sakit kuning, kencing batu, bisul, radang kulit bernanah, dan eksim. Khusus untuk akarnya, digunakan untuk mengatasi influenza, asma, sakit gigi, sariawan, disentri, susah buang air besar/sembelit dan rematik.
Pada pemakaian luar, sidaguri digunakan segar dan dihaluskan untuk selanjutnya diborehkan pada yang sakit. Sedangkan, untuk pemakaian dalam, sidaguri direbus baik dalam keadaan segar atau kering dan dicampur dengan bahan lainnya.
Penyakit yang bisa diatasi dengan penggunaan luar adalah kudis, bisul, bengkak karena tulang patah, luka berdarah, kulit gatal, sakit gigi, dan digigit serangga.
Pada pemakaian dalam, tumbuhan Sidaguri dapat digunakan untuk mengobati rematik. Gunakan 60 gram Sidaguri direbus dengan 600 cc air hingga tersisa 300 cc, disaring lalu airnya diminum. Penyakit lainnya yang bisa diatasi lewat pengobatan dalam adalah gangguan pertumbuhan, radang usus disentri, radang kelenjar payudara, sakit kuning, dan cacing remi.
Menurut Ning, penggunaan obat dalam dengan sidaguri ini adalah dengan cara merebus tumbuhan ini dengan beberapa gelas air sehingga menyisakan sekitar dua sampai tiga gelas kecil air rebusan. Misalkan untuk pengobatan asam urat, air rebusan ini diminum sehari dua kali satu gelas. Satu kali rebusan, bisa untuk tiga kali minum. (wed)
Sumber :http://republika.co.id/suplemen/cetak_detail.asp?mid=2&id=146123&kat_id=105&kat_id1=150&kat_id2=187
SehatHerbal menyediakan Ektrak Akar Sidaguri sudah dalam bentuk kapsul. Harga Rp. 67.500,-/botol isi 50 butir. Info lebih lanjut sehatherbal@yahoo.co.id atau 081310343598.
( )
''Pengobatan asam urat dan rematik seringkali memang menggunakan obat modern. Namun, kerapkali, pengobatan tersebut memiliki efek samping berupa gangguan pada lambung. Karena itu, tak ada salahnya menggunakan pengobatan tradisional,'' ujar Ning Harmanto, terapis obat tradisional ketika dihubungi pekan lalu di Jakarta.
Menurutnya, pengobatan tradisional untuk asam urat dan tradisional berupa akar-akaran tumbuhan yang bisa ditemukan hidup subur dan liar di Indonesia. Katanya, tumbuhan yang tepat untuk pengobatan asam urat adalah Sidaguri atau Sida rhombifolia L.
Obat tradisional dari sidaguri ini memang bisa digunakan secara sendiri, atau satu jenis, maupun racikan yang dicampur dengan bahan lainnya. Salah satu campuran yang sangat baik bagi pengobatan asam urat adalah dengan mencampur racikan bersama mahkota dewa.
Sidaguri merupakan tumbuhan perdu liar yang tumbuh tegak bercabang. Tinggi tumbuhan mencapai 1 sampai 2 meter di daerah tropis berketinggian 1.400 meter di atas permukaan laut. Tanaman ini tumbuh subur dengan sinar matahari yang cukup. Perkembangbiakan tanaman ini bisa dilakukan dengn biji maupun dengan stek batang.
Ciri-ciri tumbuhan ini adalah bentuk daunnya yang bulat telur memanjang dan tepinya bergerigi. Panjang daunnya 1 sampai 4 centimeter dengan lebar 1 sampai 2 centimeter. Bunganya tunggal berwarna kuning. Bunganya mekar di siang hari dan hanya bertahan tiga jam saja. Sedangkan buahnya berupa kendaga.
Khasiat sidaguri ini didapatkan dari kandungan kimiawi di dalamnya, yaitu alkaloid, kalsium oksalat, tanin, saponin, fenol, asam amino, minyak terbang, dan zat philegmatic Pada batangnya mengandung tanin dan kalsium oksalat. Pada akarnya pun terdapat kaloid, steroid dan efedrine. Dalam pengobatan tradisional, bagian yang digunakan adalah seluruh bagian tumbuhan dengan kondisi segar atau dikeringkan.
Selain untuk asam urat dan rematik, sidaguri bermanfaat untuk flu, demam, malaria, radang amandel, radang usus, disentri, sakit perut, sakit kuning, kencing batu, bisul, radang kulit bernanah, dan eksim. Khusus untuk akarnya, digunakan untuk mengatasi influenza, asma, sakit gigi, sariawan, disentri, susah buang air besar/sembelit dan rematik.
Pada pemakaian luar, sidaguri digunakan segar dan dihaluskan untuk selanjutnya diborehkan pada yang sakit. Sedangkan, untuk pemakaian dalam, sidaguri direbus baik dalam keadaan segar atau kering dan dicampur dengan bahan lainnya.
Penyakit yang bisa diatasi dengan penggunaan luar adalah kudis, bisul, bengkak karena tulang patah, luka berdarah, kulit gatal, sakit gigi, dan digigit serangga.
Pada pemakaian dalam, tumbuhan Sidaguri dapat digunakan untuk mengobati rematik. Gunakan 60 gram Sidaguri direbus dengan 600 cc air hingga tersisa 300 cc, disaring lalu airnya diminum. Penyakit lainnya yang bisa diatasi lewat pengobatan dalam adalah gangguan pertumbuhan, radang usus disentri, radang kelenjar payudara, sakit kuning, dan cacing remi.
Menurut Ning, penggunaan obat dalam dengan sidaguri ini adalah dengan cara merebus tumbuhan ini dengan beberapa gelas air sehingga menyisakan sekitar dua sampai tiga gelas kecil air rebusan. Misalkan untuk pengobatan asam urat, air rebusan ini diminum sehari dua kali satu gelas. Satu kali rebusan, bisa untuk tiga kali minum. (wed)
Sumber :http://republika.co.id/suplemen/cetak_detail.asp?mid=2&id=146123&kat_id=105&kat_id1=150&kat_id2=187
SehatHerbal menyediakan Ektrak Akar Sidaguri sudah dalam bentuk kapsul. Harga Rp. 67.500,-/botol isi 50 butir. Info lebih lanjut sehatherbal@yahoo.co.id atau 081310343598.
( )
Bidara Upas , Atasi TBC dan Muntah Darah
Selasa, 06 April 2004
Jumlah penderita tuberkulosis di Indonesia cukup banyak. Penyakit ini biasanya ditandai dengan batuk yang lama dan muntah darah. Saat ini, banyak obat yang bisa menyembuhkannya bila diminum rutin dalam waktu minimal enam bulan.
Selain obat-obatan modern, banyak pula tumbuhan yang bisa digunakan sebagai obat dan mengatasi muntah darah dan TBC. Tumbuhan berkhasiat obat ini sudah banyak digunakan sebelum ditemukannya obat-obatan modern.
Salah satu pengobatan tradisional untuk batuk dan muntah darah adalah bidara upas (Merremia mammosa (Lour) Hall.f). Tanaman dari familia Convolvulaceae ini ternyata juga mampu mengatasi berbagai penyakit lain yang berkaitan dengan paru, keracunan makanan, luka, patek, kanker, kencing manis, dan lain-lain.
Tumbuhan ini tergolong terna (tumbuhan) membelit dan memanjat. Panjangnya 3-6 meter, berbatang licin, berukuran kecil, dan berwarna gelap. Daunnya berwarna hijau berbentuk jantung. Ujung daunnya meruncing dan helaian daunnya lebar. Bunganya berbentuk payung menggarpu dan seperti lonceng berwarna putih.
Konon, tumbuhan ini berasal dari Filipina dan bisa tumbuh di daerah tropis pada ketinggian 1-250 meter di atas permukaan laut. Bidara upas juga memiliki umbi yang berkumpul di dalam tanah, mirip umbi jalar. Kulit umbinya berwarna kuning kecoklatan, tebal, dan mengeluarkan getah berwarna putih.
Dalam umbinya terdapat kandungan kimia seperti damar, resin, pati, zat oksidasi (getah), dan zat pahit. Kandungannya itu bersifat anti radang, menghilangkan rasa sakit, menghilangkan bengkak, sebagai pencahar, menetralkan racun, dan penyejuk.
Umbinya bisa dimanfaatkan sebagai obat luar dan dalam. Untuk pengobatan luar, biasanya umbinya diparut menjadi bubur dan dibalurkan ke bagian tubuh yang sakit. Contohnya, untuk pengobatan luka bakar, gigitan ular, luka-luka di kulit (diiris tipis dan diletakkan di atas luka), melancarkan air susu ibu (ASI), eksim, dan busung lapar.
Pemakaian umbi untuk pengobatan dalam biasanya digunakan dengan cara diparut atau direbus. Air parutan atau rebusannya kemudian diminum. Untuk pengobatan TBC paru, panduan Prof HM Hembing Wijayakusuma menyebutkan, ramuannya terdiri atas sebanyak 30 gram umbi bidara upas ditambah 10 gram daun patikan kebo, dan 10 gram daun kumis kucing, direbus dengan 400 cc hingga airnya tersisa 200 cc. Air rebusannya diminum setiap malam.
Sedangkan untuk mengatasi muntah darah, sebanyak 60 gram umbi bidara upas segar dicuci dan diparut. Airnya disaring sampai terkumpul 150 cc dan diminum.
Pengobatan batuk (tussis, pertussis, dan batuk kering), biasanya dilakukan dengan meminum air saringan parutan umbi bidara upas. Untuk batuk kering, irisan umbinya dikunyah. Air dari parutan umbi bidara upas ini juga mampu mengatasi keracunan makanan, kencing manis, dipteri, serta mencegah dan mengatasi kanker.
( wed )
Sumber : http://republika.co.id/suplemen/cetak_detail.asp?mid=2&id=157541&kat_id=105&kat_id1=150&kat_id2=187
SehatHerbal menyediakan Ektrak Bidara Upas sudah dalam bentuk kapsul. Harga Rp. 67.500,-/botol isi 50 butir. Info lebih lanjut : sehatherbal@yahoo.co.id / 081310343598
Wednesday, May 2, 2007
KELADI TIKUS ATASI KANKER PAYUDARA
Orang banyak mengenal keladi sebagai umbi talas yang bisa menjadi salah satu bahan untuk makanan. Jenisnya pun berbeda-beda. Di Papua, talas menjadi bahan makanan pokok. Namun, keladi tikus berbeda lagi dari yang biasa. Keladi tikus lebih banyak dijadikan bahan untuk obat tradisional.Keladi tikus (typhonium flagiliforme) mulai banyak dan semakin dikenal sebagai bahan untuk obat pembasmi kanker payudara. Di sebut keladi tikus karena ukurannya kecil daripada keladi biasa. Terna menahun ini berukuran tinggi 10 sampai 45 centimeter. Bagian yang lebih mirip binatang tikus adalah mahkota bunganya yang berwarna putih, berbentuk panjang kecil, mirip ekor tikus.
Tanaman berbatang basah ini banyak tumbuh di tempat terbuka pada ketinggian 1.000 meter di atas permukaan laut. Daun tunggalnya muncul dari umbi. Bentuk daunnya bulat denga n ujung meruncing berbentuk jantung. Warnanya hijau segar. Umbi keladi tikus ini berbentuk bulat rata sebesar buah pala. Bagian dalam maupun luar umbi berwarna putih. Untuk perkembangbiakannya, bisa menggunakan umbinya atau anakan yang tumbuh dari umbi tersebut. Pada musim kemarau, batangnya menghilang. Sedangkan pada musim hujan, umbuhan ini muncul lagi di atas permukaan tanah dari umbi yang terpendam di dalam tanah.
Menurut Potopoy Pasau yang banyak menggunakan keladi tikus sebagai obat tradisional, tanaman ini tak berdaun di musim panas seperti sekarang ini. Karena itu, ia merasa kesulitan menemukannya. Ia mengaku, untuk obat tradisional, ia tak mengembangbiakan sendiri, melainkan mencari di tempat-tempat tumbuhnya keladi tikus ini. ''Keladi tikus lebih banyak digunakan untuk pengobatan kanker, khususnya kanker payudara.
Bagian yang digunakan adalah seluruh tanamannya, baik daun, hingga ke umbinya. Semuanya digerus dan ditambah air sedikit. Air sari ngannya itu yang diminum rutin,'' ujar Patopoy. Tanaman ini terasa hangat, asam, dan beracun. Keladi tikus berkhasiat sebagai antiradang, antipembengkakan, dan dapat membekukan darah atau mengurangi pendarahan.
Karena mengandung racun, keladi tikus bisa menimbulkan gatal pada tenggorokan, mulut, dan kulit. Untuk mengatasi racun tersebut, perlu perlakuan khusus seperti mencucinya dalam air mengalir. Selain itu, bisa juga ditambahkan madu untuk menghilangkan gatal di mulut. Keladi yang punya nama laoshu yu (Tionghoa) itu ternyata sudah banyak digunakan dan dibuat dalam obat paten. Obat itu dibentuk dalam tablet. Hanya saja, untuk penyakit yang parah, konsultasi ke dokter tetap dianjurkan. Untuk pemakaian luar, seluruh tanaman keladi tikus dicampur beberapa bahan lain, dihaluskan dan ditempelkan pada bagian yang sakit. Sedangkan, untuk pemakaian dalam, sebanyak 50 gram keladi tikus dam bahan lainnya dihaluskan, ditambah air matang, disaring dan diminum.
Beberapa penyakit bisa diatasi dengan pengobatan luar dengan keladi tikus. Contohnya saja, pertolongan pertama untuk gigitan lipan atau ular, radang kulit (pyoderma), bisul (furunculus), tumor yang berasal dari pembuluh darah (hemangioma), luka, borok, koreng, dan patek (frambusia). Penyakit yang bisa diatasi lewat pemakaian dalam antara lain kanker payudara. Untuk penyakit ini, digunakan seluruh bagian tanaman keladi tikus, dihaluskan dan ditambah 40 cc air matang, lalu disaring. Bisa ditambahkan madu ke dalamnya. Diamkan selama 30 menit sebelum makan. Larutan itu diminum rutin tiga kali sehari. Hanya saja, bagi penderita gangguan lambung, larutan ini diminum setelah makan. (wed)
Sumber: Republika online, Selasa, 12 Agustus 2003.
SehatHerbal menyediakan ekstak KELADI TIKUS sudah dalam bentuk kapsul, harga Rp. 90.000,-/botol isi 50 butir + ongkos kirim. Info lebih lanjut sehatherbal@yahoo.co.id atau 081310343598
Tanaman berbatang basah ini banyak tumbuh di tempat terbuka pada ketinggian 1.000 meter di atas permukaan laut. Daun tunggalnya muncul dari umbi. Bentuk daunnya bulat denga n ujung meruncing berbentuk jantung. Warnanya hijau segar. Umbi keladi tikus ini berbentuk bulat rata sebesar buah pala. Bagian dalam maupun luar umbi berwarna putih. Untuk perkembangbiakannya, bisa menggunakan umbinya atau anakan yang tumbuh dari umbi tersebut. Pada musim kemarau, batangnya menghilang. Sedangkan pada musim hujan, umbuhan ini muncul lagi di atas permukaan tanah dari umbi yang terpendam di dalam tanah.
Menurut Potopoy Pasau yang banyak menggunakan keladi tikus sebagai obat tradisional, tanaman ini tak berdaun di musim panas seperti sekarang ini. Karena itu, ia merasa kesulitan menemukannya. Ia mengaku, untuk obat tradisional, ia tak mengembangbiakan sendiri, melainkan mencari di tempat-tempat tumbuhnya keladi tikus ini. ''Keladi tikus lebih banyak digunakan untuk pengobatan kanker, khususnya kanker payudara.
Bagian yang digunakan adalah seluruh tanamannya, baik daun, hingga ke umbinya. Semuanya digerus dan ditambah air sedikit. Air sari ngannya itu yang diminum rutin,'' ujar Patopoy. Tanaman ini terasa hangat, asam, dan beracun. Keladi tikus berkhasiat sebagai antiradang, antipembengkakan, dan dapat membekukan darah atau mengurangi pendarahan.
Karena mengandung racun, keladi tikus bisa menimbulkan gatal pada tenggorokan, mulut, dan kulit. Untuk mengatasi racun tersebut, perlu perlakuan khusus seperti mencucinya dalam air mengalir. Selain itu, bisa juga ditambahkan madu untuk menghilangkan gatal di mulut. Keladi yang punya nama laoshu yu (Tionghoa) itu ternyata sudah banyak digunakan dan dibuat dalam obat paten. Obat itu dibentuk dalam tablet. Hanya saja, untuk penyakit yang parah, konsultasi ke dokter tetap dianjurkan. Untuk pemakaian luar, seluruh tanaman keladi tikus dicampur beberapa bahan lain, dihaluskan dan ditempelkan pada bagian yang sakit. Sedangkan, untuk pemakaian dalam, sebanyak 50 gram keladi tikus dam bahan lainnya dihaluskan, ditambah air matang, disaring dan diminum.
Beberapa penyakit bisa diatasi dengan pengobatan luar dengan keladi tikus. Contohnya saja, pertolongan pertama untuk gigitan lipan atau ular, radang kulit (pyoderma), bisul (furunculus), tumor yang berasal dari pembuluh darah (hemangioma), luka, borok, koreng, dan patek (frambusia). Penyakit yang bisa diatasi lewat pemakaian dalam antara lain kanker payudara. Untuk penyakit ini, digunakan seluruh bagian tanaman keladi tikus, dihaluskan dan ditambah 40 cc air matang, lalu disaring. Bisa ditambahkan madu ke dalamnya. Diamkan selama 30 menit sebelum makan. Larutan itu diminum rutin tiga kali sehari. Hanya saja, bagi penderita gangguan lambung, larutan ini diminum setelah makan. (wed)
Sumber: Republika online, Selasa, 12 Agustus 2003.
SehatHerbal menyediakan ekstak KELADI TIKUS sudah dalam bentuk kapsul, harga Rp. 90.000,-/botol isi 50 butir + ongkos kirim. Info lebih lanjut sehatherbal@yahoo.co.id atau 081310343598
Tuesday, May 1, 2007
CAKAR AYAM RADANG AMANDEL
Cakar ayam (Selaginella doederleinii Hieron) dikenal dengan sebutan berbeda di berbagai tempat, seperti Rumput Solo, cemara kipas gunung, dan shi shang be (Cina). Tanaman ini banyak tumbuh di Indonesia. Kebanyakan tumbuh di tebing jurang dan tempat-tempat teduh yang berhawa dingin.
Tanaman ini berbatang tegak dengan ketinggian sekitar 15-35 sentimeter, dan mengeluarkan akar pada percabangannya. Daunnya kecil-kecil dengan panjang sekitar 4-5 sentimeter dan lebar dua milimeter. Bentuknya jorong, ujung meruncing, pangkal rata, warna daun bagian atas hijau tua dan bagian bawah hijau muda. Daun cakar ayam tersusun di bagian kiri dan kanan batang induk sampai ke percabangannya, yang menyerupai cakar ayam dengan sisik-sisiknya.
Cakar ayam berkhasiat sebagai obat kanker paru, bronkhitis, radang paru, tonsilitis (radang amandel), batuk, koreng, hepatitis, perut busung, infeksi saluran kencing, tulang patah, dan rematik. Untuk pengobatan, semua bagian tanaman dapat dipakai pada kondisi kering. Menurut www.iptek.net.id, untuk pengobatan kanker sebanyak 50-100 gram cakar ayam direbus dengan air selama 3-4 jam dengan api kecil, lalu diminum setelah dingin. Untuk mengobati batuk, radang paru, radang amandel rebus 30 gram tanaman, lalu diminum.
Untuk jari tangan yang bengkak, cakar ayam yang masih segar dilumatkan lalu ditempelkan ke bagian tangan yang sakit. Dalam kondisi segar tanaman ini juga bisa digunakan untuk menyembuhkan tulang patah. Caranya, sebanyak 15-30 gram cakar ayam segar direbus, lalu diminum. Untuk pemakaian luar, tanaman ini dilumatkan lalu ditempelkan ke tempat yang patah asal sifat patahnya tertutup dan posisi tulangnya baik.
Cakar ayam juga sudah dibuat infus, tablet, dan obat suntik. Sifat kimiawi dan efek farmakologisnya adalah manis dan hangat, penurun panas, antiracun, antikanker (antineoplastic), menghentikan perdarahan (hemostatik), dan antibengkak (antioedem).
( jar )
SUMBER :http://republika.co.id/suplemen/cetak_detail.
SehatHerbal menyediakan ektrak herbal Cakar Ayam sdh dalam bentuk kapsul. Info lebih lanjut : sehatherbal@yahoo.co.id atau 081310343598
Tanaman ini berbatang tegak dengan ketinggian sekitar 15-35 sentimeter, dan mengeluarkan akar pada percabangannya. Daunnya kecil-kecil dengan panjang sekitar 4-5 sentimeter dan lebar dua milimeter. Bentuknya jorong, ujung meruncing, pangkal rata, warna daun bagian atas hijau tua dan bagian bawah hijau muda. Daun cakar ayam tersusun di bagian kiri dan kanan batang induk sampai ke percabangannya, yang menyerupai cakar ayam dengan sisik-sisiknya.
Cakar ayam berkhasiat sebagai obat kanker paru, bronkhitis, radang paru, tonsilitis (radang amandel), batuk, koreng, hepatitis, perut busung, infeksi saluran kencing, tulang patah, dan rematik. Untuk pengobatan, semua bagian tanaman dapat dipakai pada kondisi kering. Menurut www.iptek.net.id, untuk pengobatan kanker sebanyak 50-100 gram cakar ayam direbus dengan air selama 3-4 jam dengan api kecil, lalu diminum setelah dingin. Untuk mengobati batuk, radang paru, radang amandel rebus 30 gram tanaman, lalu diminum.
Untuk jari tangan yang bengkak, cakar ayam yang masih segar dilumatkan lalu ditempelkan ke bagian tangan yang sakit. Dalam kondisi segar tanaman ini juga bisa digunakan untuk menyembuhkan tulang patah. Caranya, sebanyak 15-30 gram cakar ayam segar direbus, lalu diminum. Untuk pemakaian luar, tanaman ini dilumatkan lalu ditempelkan ke tempat yang patah asal sifat patahnya tertutup dan posisi tulangnya baik.
Cakar ayam juga sudah dibuat infus, tablet, dan obat suntik. Sifat kimiawi dan efek farmakologisnya adalah manis dan hangat, penurun panas, antiracun, antikanker (antineoplastic), menghentikan perdarahan (hemostatik), dan antibengkak (antioedem).
( jar )
SUMBER :http://republika.co.id/suplemen/cetak_detail.
SehatHerbal menyediakan ektrak herbal Cakar Ayam sdh dalam bentuk kapsul. Info lebih lanjut : sehatherbal@yahoo.co.id atau 081310343598
Subscribe to:
Posts (Atom)