Hampir seluruh perempuan di dunia pernah merasakan nyeri haid (Dismenorea), tentu saja dengan berbagai tingkatan mulai dari sekadar pegal-pegal di seputaran panggul dan sisi dalam hingga rasa nyeri yang luar biasa sakitnya. Namun, tak perlu khawatir karena nyeri haid itu bukanlah suatu penyakit, melainkan gejala yang timbul akibat adanya kelainan dalam organ panggul. Bila kelainan itu diobati, maka nyeri haid akan hilang dengan sendirinya.
Seperti dikemukakan dr Boy Abidin SpOG dari RS Mitra Keluarga Kelapa Gading dalam acara media workshop, di Jakarta, pekan lalu, nyeri yang terasa dibawah perut itu biasanya terjadi pada hari pertama dan kedua haid. Derajat nyeriberkurang setelah keluar darah yang cukup banyak.
Penyebabnya secara alamiah bermacam-macam, dari meningkatnya prostaglandin sampai dengan perubahan hormonal ketika mulai haid, dan bahkan kecemasan yang berlebihan. Bila ditilik dari faktor penyebabnya, dr Boy membagi dalam dua kategori nyeri haid, yaitu primer dan sekunder.
"Untuk yang primer, faktor penyebabnya sering tak diketahui dengan pasti. Tetapi untuk nyeri haid sekunder, hampir sebagian besar disebabkan oleh kelainan dalam organ panggul," kata dr Boy seraya menyebut kelainan panggul itu antara lain endometriosis, infeksi, kelainan rahim sampai dengan penggunaan alat kontrasepsi dalam rahim.
Angka kejadian nyeri haid di dunia sangat besar. Rata-rata lebih dari 50 persen perempuan di setiap negara mengalaminya. Di Amerika angka prosentasenya sekitar 60 persen dan di Swedia 72 persen.
"Sementara di Indonesia angkanya diperkirakan mencapai 55 persen perempuan usia produktif tersiksa oleh nyeri selama haid. Harap dicatat, sebagian dari perempuan yang terserang gejala nyeri haid yang berat bahkan tak mampu beraktifitas," katanya.
Untuk mengantisipasi nyeri haid, menurut dr Boy Abidin, ada beberapa terapi yang bisa dilakukan. Disebutkan, antara lain, terapi anti prostaglandin, terapi hormonal, terapi bahan alami, dan tentu saja menjalani pola hidup sehat.
"Dua terapi pertama jelas melibatkan seorang dokter. Tapi untuk terapi bahan alami dan pola hidup sehat bisa dilakukan sendiri. Seperti memperhatikan asupan gizi seimbang, istirahat cukup dan olahraga sesuai kebutuhan," ujar dr Boy Abidin menyodorkan terapi alternatif itu.
Tapi masalahnya, sekarang ini banyak perempuan yang berkarir di luar rumah yang seringkali kesulitan waktu untuk melakukan hal-hal sehat semacam itu?
Pilihan berikutnya adalah terapi bahan alami. Sudah semakin lazim tren kembali ke alam. Tak mengherankan jika semakin banyak asupan berbahan alami ataupun herbal ditawarkan sebagai "obat" atau minuman pengurang nyeri haid.
Menurut Dr Dyah Iswantini, MAgr dari Pusat Studi BioFarmaka IPB, ada sejumlah herbal alami yang digunakan untuk menjaga kesehatan perempuan seperti licorice, damiana, tabat barito, dong quai, chaste tree berry, black cohos, labisia pumila dan kunyit.
Berdasarkan Artikel pada Majalah Herba Edisi Januari 2005, Tanaman Baru Cina, Daun Ungu, Myana dan Kunyit Putih juga sangat efektif mengatasi nyeri haid. Dosis yang dianjurkan untuk terapi ini adalah sebesar 3x1 kaps/hari dengan dosis perkapsul adalah 500 mg. Sedangkan produk Herbal import yang cukup efektif untuk mengatasi gangguan saat haid adalah tumbuhan Primerose.
Namun produk/tanaman herba ini tidak dianjurkan Untuk wanita yang sedang hamil dan menyusui karena dapat membahayakan kandungan dan pertumbuhan bayinya. (T-1)
Sumber : - Suara Merdeka Online
- Majalah Herba Edisi Januari 2005
No comments:
Post a Comment