Tuesday, April 14, 2009

Taksonomi dari keladi Tikus (Typhonium flagelliforme)

Kingdom : Plantae, Subkingdom : Viridaeplantae, Phyllum : Tracheophyta . Subphyllum : Spermatophyta, Infraphyllum : Angiospermae . Class : Liliopsida, Superorder : Aranae, Order : Arales, Family : Araceae, Genus : Typhonium, Species : flagelliforme(Lodd.)Blume
Sekilas tentang keladi Tikus (Typhonium flagelliforme)
Keladi Tikus, Bukan Keladi Biasa
Kontribusi dari Abdel Rahman
11.12.2006

Beberapa tahun yang lalu beredar kabar heboh di dunia maya alias internet. Diberitakan seorang pasien penderita kanker payudara stadium lanjut dapat melewati kemoterapi tanpa efek yang menyiksanya dan kini dinyatakan sembuh setelah mengonsumsi keladi tikus (Typhonium flagelliforme). Keladi tikus sebelumnya memang belum setenar herba lainnya seperi sambiloto, temu putih, temu lawak, dan mengkudu. Nama keladi tikus diambil dari nama asing Rodent Tuber yang lebih dulu terkenal di Malaysia. Untuk menemukan tanaman ini ternyata tidak sulit. Tanaman ini sejenis talas namun tingginya hanya 25 cm hingga 30 cm, termasuk tumbuhan semak menyukai tempat yang lembab dan tidak terkena matahari langsung. Tanaman berbatang basah ini banyak tumbuh di tempat terbuka pada ketinggian 1.000 meter di atas permukaan laut. Daun tunggalnya muncul dari umbi. Bentuk daunnya bulat dengan ujung meruncing berbentuk jantung. Warnanya hijau segar.
Umbi keladi tikus ini berbentuk bulat rata sebesar buah pala. Bagian dalam maupun luar umbi berwarna putih. Untuk perkembangbiakannya, bisa menggunakan umbinya atau anakan yang tumbuh dari umbi tersebut. Pada musim kemarau, batangnya menghilang. Sedangkan pada musim hujan, tumbuhan ini muncul lagi di atas permukaan tanah dari
umbi yang terpendam di dalam tanah. Mahkota bunganya berbentuk panjang kecil berwarna putih mirip dengan ekor tikus, dari sinilah nama keladi tikus diberikan. Namun ada beberapa jenis yang mempunyai kelopak bunga berwarna merah. Untuk jenis yang ini biasanya dikembangkan untuk tanaman hias hasil silangan.
Prof DrChris K.H. Teo, Dip Agric (M), BSc Agric (Hons)(M), MS, PhD dari Universiti Sains Malaysia dan juga pendiri Cancer Care Penang, Malaysia pada tahun 1995 meneliti tanaman ini, hasilnya ekstrak dari akar keladi tikus efektif untuk kanker prostat. Selain itu Lam Siew Hong peneliti dari USM menyebutkan bahwa terjadi peningkatkan aktivitas antibakteri dalam darah ikan lele. Lembaga perawatan kanker yang didirikan tahun 1995 itu telah membantu ribuan pasien dari Malaysia, Amerika, Inggris, Australia, Selandia baru, Singapura, dan berbagai negara di dunia. Di Indonesia, tanaman ini pertama kali diperkenalkan oleh Patoppoi seorang pensiunan dari Departemen Pertanian.
Khasiat ramuan ini telah dirasakan oleh isterinya sendiri yang sangat tersiksa setelah menjalani kemoterapi, seakan dunia ini akan berakhir. Istri Patopoi menderita kanker payudara stadium Ill. Setelah mengonsumsi ramuan yang diberikan Prof Dr Chris K.H. Teo, efek kemoterapi tidak dirasakan sehebat dulu dan is dapat menjalani kemoterapi
hingga 12 kali, dan kini wajahnya berseri.

Keladi tikus mengandung antineoplastik atau antikanker selain juga bisa berkhasiat sebagai antivirus. Efek farmakologi inilah yang menjadi obat utama untuk mengatasi kanker stadium lanjut. Bagian yang digunakan untuk pengobatan adalah keseluruhan dari tanaman tersebut. Mulai dari akar (umbi), batang, daun hingga bunga. Tentu saja, efek tersebut akan bertambah baik bila diberikan bersama-sama dengan tanaman lainnya, seperti sambiloto, rumput mutiara dan temu putih. Ekstrak Typhonium flageffiforme clan bahan alami lainnya membantu detoxifikasi jaringan darah. Ramuan ini mengandung ribosome inacting protein (RIP), zat antioksidan dan zat antikurkumin. RIP berfungsi menonaktifkan perkembangan sel kanker, merontokkan sel kanker tanpa merusak jaringan sekitarnya dan memblokir pertumbuhan sel kanker. Zat antioksidan berfungsi mencegah terjadinya kerusakan gen. Sementara zat antikurkumin berfungsi sebagai
antiinflamasi/antiperadangan. Kombinasi bahan alami ini mengaktivasi dengan memproduksi mediator yang menstimulasi untuk menguatkan sel dari sistem kekebalan tubuh untuk bersamasama memberantas sel kanker. Di Cina tanaman ini di teliti oleh Zhong Z, Zhou G, Chen X, dan Huang P dari Guangxi Institute of Traditional Medical and Pharmaceutical Sciences, Nanning. Penelitian tersebut dilakukan untuk mengetahui efek farmakologis dari Typhonium flagelliforme. Diketahui bahwa ekstrak air dan alkohol dari Typhonium flagelliforme mempunyai efek mencegah batuk, menghilangkan dahak, antiasmatik, analgesik, antiinflamasi, dan bersifat sedatif.
http://kafka.web.id | Semua Tentang Indonesia ...

No comments:

Post a Comment