Tahun 1998 ketika dokter mengatakan dia hamil, Ina (39) yang tinggal dikawasan Serpong , Tangerang, merasa senang sekaligus resah. Ini adalah kehamilan pertama yang dinantikan namun disisi lain,penjelasan dokter tentang adanya mioma dalam rahim membuat dia gelisah.
Apalagi dokter itu mengatakan sebaiknya dia segera menjalani operasi meski mioma sebesar apel merah dirahimnya kemungkinan merupakan tumor jinak. Tak percaya begitu saja, Ina yang bekerja di Badan Tenaga Nuklir Nasional (BATAN) mencari opini kedua dari dokter kandungan lain.
" Dokter kandungan kedua tidak seektrem yang pertama. Dia bilang akan berusaha menguatkan bayinya dan mioma baru diambil setelah saya melahirkan. Dokter lalu memberi saya obat penguat dan vitamin " cerita Ina, Ibu dari Novita (6).
Kata "harus operasi" ternyata terus menghantui dirinya. Ina mengaku takut menghadapi operasi. Dari seorang teman dia tahu ada pengobatan alternatif dengan pemijatan dan obat herbal. Ina memutuskan mencoba , sambil terus berkonsultasi dengan dokter kandungan. Alhasil, dia bisa melahirkan normal, namun mioma dalam rahimnya mengakibatkan Ina menstruasi selama lima bulan secara terus menerus.
Ina takut ke dokter karena khawatir harus menjalani operasi. Dia kembali ke pengobatan herbal, mengkonsumsi daun dewa, daun sambungnyawa dan jamu godokan. Ternyata pendarahannya berhenti. Ketika dia konsultasi ke dokter, tak ada lagi kata-kata harus operasi dalam pertemuan itu.
"dari pengalaman itu, waktu di leher saya ada benjolan kecil dan punggung rasanya panas, saya memilih pengobatan herbal. Kebetulan di Batan suatu hari ada pameran dan salah satu pesertanya peneliti obat herbal. Saya lalu menghubunginya dan mendapat obat-obatan herbal"turu Ina yang mencari alternatif lain karena pemberi obat herbal pertama yang didatanginya meninggal.
Kali ini obat herbal yang dikonsums Ina berbentuk kapsul, kecuali daun dewa, daun sambungnyawa, keladi tikus dan kunyit putih. " saya minum rutin obat-obat herbal itu dan alhamdulilah sekitar sebulan kemudian benjolan hilang dan sakit dipunggung juga pergi " ujar Ina.
Meski tak mengalami sakit selama berbulan-bulan seperti saat Ina hamil, namun Revy Halim (33) sekretaris, juga memilih pergi ke klinik naturopati saat punggung bagian kanan bawahnya terasa nyeri luar biasa.
Rasa nyeri itu datang mendadak, bahkan begitu sakitnya sampai Revy tak bisa mengangkat kaki kanannya. Dia harus menyeret kaki kanan itu saat berjalan.
Dia sudah mengoleskan krem pereda rasa nyeri, namun tak menolong, "rasa sakitnya enggak tertahan lagi.aya ingin di milist (mailing list) fungky mom yang saya ikut pernah dibahas soal chiropractic, terapi tulang belakang. Saya buka milis dan tanya alamat serta teleponnya ", cerita Revy.
Namun, ahli chiropractic yang dihubungi Revy tak bisa menemuinya hari itu sebab pasien sudah penuh.Padahal, dia merasa tak sanggup lagi harus menunggu. Dia lalu pergi ke klinik chiropractic yang berlokasi di antara rumahnya di kawasan Duren Sawit dan kantornya di Kelapa Gading, Jakarta.
" Waktu istirahat makan siang saya minta tolong sopir kantor mengantar ke klinik chiropractic itu. Dia bilan sakit saya sebenarnya sudah lama, hanya sekarang inilah puncaknya." kata Ravy. Namun di sini Revy tidak diberi tingakan maupun obat apapun. Dia disarankan rontgen dan kembali lima hari lagi.
'Wah lama banget. Mikir nanti pulang kantor gimana, saya sudah enggak sanggup, ini malah disuruh menunggu lima hari lagi" cetusnya. Setiba di kantor , Revy bertemu istri bosnya yang kemudian menyarankan dia mendatangi klinik naturopati.
Di tempat itu Revy dipijang dan diberi koyo hingga punggungnya terasa hangat."waktu itu rasa sakitnya belum hilang total, tetapi sudah jauh enakan"ujar ibu dari Piere (7) dan Nicky (4,5)ini. Dia juga mendapat ramuan obat berbentuk pil sebanyak tiga butir. Dua hari kemudian, ketika Revy kembali ke klinik naturopati itu kaki kanannnya sudah bisa diangkat setinggi paha.
" Saya merasa cocok , jadi saya teruskan saja menjalani terapi di klinik naturopati " kata revy. Dari hasil rontgen tampak ada pembengkakan dibagian punggung, yang digambarkan Revy sebesar bola pingpong. Dia juga diberi ramuan herbal yang harus diseduh untuk lima hari yang rasanya pahit.
" Sekarang sudah jaun lebih baik, tidak lagi nyeri seperti dulu. Pemijatan dilanjutkan untuk meluruskan bengkoknya saja." ujar Revy lega. Dia mengaku keluarga besarnya sejak dulu tidak terbiasa dengan pengobatan nonmedis, namun dia berani mencobanya karena saran dari teman-temannya sesama anggota milis.
Sumber ; http://www.kompas.com/kesehatran/news/0502/27/115232.htm
No comments:
Post a Comment